Cara jadi Role Model Parenting Terbaik Bersama Telkom Indonesia

Cara jadi Role Model Parenting Terbaik
Cara jadi Role Model Parenting Terbaik





Sebagai seorang ibu, terkadang saya bertanya pada diri sendiri "Apa sih arti dari jadi role model parenting terbaik? Apa sih makna dibalik kata terbaik disini? Seperti apa role model parenting terbaik itu?

Setelah saya renungkan, kata terbaik dalam kalimat jadi role model parenting terbaik bersifat umum tergantung dari value yang dimiliki keluarga itu sendiri. Terbaik bisa berarti menjadi lebih baik, berusaha lebih baik atau menjadi paling baik.

Saat seseorang bertekad, “ Saya ingin menjadi orang yang terbaik di bidang olahraga” maka kita dapat menarik kesimpulan jika orang tersebut ingin menjadi orang terbaik di bidang olahraga dengan segudang prestasi.

Namun, kata “Terbaik” jika dikaitkan dengan dunia parenting maka dapat memiliki makna :
Menjadi orang terbaik artinya menjadi orangtua yang mampu membimbing, membersamai dan mendukung anak di setiap tahapan usia dan perkembangan psikologisnya sehingga anak dapat tumbuh dengan baik, hidup bahagia dan meraih kesuksesan.

 

Tetapi, makna ini bisa berubah tergantung bagaimana orangtua memaknai kata terbaik sebagai orangtua berdasarkan nilai -nilai keluarga yang dianut. Tetapi bagi saya, makna kata Terbaik dari resolusi parenting 2023 saya yaitu jadi role model parenting terbaik bagi anak - anak sebagai cerminan bagaimana mereka menjadi orang tua kelak. 

Saya yang tumbuh dan berkembang dalam role model parenting klasik yang notabene memiliki parenting style otoriter, sedikit banyak telah membuat saya berkembang dengan berbagai emosi dan pikiran negatif di sepanjang hidup saya.

Inner child, itulah istilah populer yang menyatakan luka batin pengasuhan.

Saya bukanlah orang tua sempurna apalagi dikatakan terbaik. Tetapi seiring dengan proses menjalani peran menjadi ibu dalam kurun waktu 9 tahun terakhir, saya banyak menghadapi proses healing dari inner child sekaligus mencari parenting style yang tepat untuk anak-anak saya. Ini tidak mudah, tapi saya berusaha yang terbaik dan terus melakukan upgrade diri terkait pengasuhan dan evaluasi.

Dan inilah sepenggal kisah saya terkait resolusi parenting 2023. Selamat membaca dan semoga terinspirasi.



Berkenalan dengan Inner Child Berkat Paket Internet Cepat



Saya suka menulis, atau lebih tepatnya curhat dalam buku harian sejak masih SD hingga saya berkeluarga. Namun pada tahun 2012 ketika saya, suami dan anak pertama kami masih tinggal dirumah ibu saya, kebiasaan menulis pun berlanjut dalam dunia digital yaitu blog.

Tentu saja kemudahan curhat di platform blog ini tercipta berkat hadirnya paket internet cepat di rumah melalui provider dari Telkom Indonesia yang terpasang di rumah ibu saya kala itu. Curhat menjadi lebih mudah dan ribuan kata yang tercekat di tenggorokan tumpah ruah dalam tuts keyboard dan postingan di blog.

Meski awalnya saya memanfaatkan blog sebagai media curhat aktivitas saya sebagai ibu, saya menemukan bahwa ternyata saya bisa juga healing dari inner child yang terluka melalui proses menulis.

FYI, inner child merupakan pengalaman dan pengetahuan yang kita dapat dimasa kecil yang membentuk kepribadian ketika kita menjadi orang dewasa. Pengalaman dan pengetahuan ini mencakup pengalaman negatif seperti trauma, ingatan dan emosi serta luka batin.

Tapi saya baru menemukan kondisi kesehatan mental ini delapan tahun kemudian. Karena selama membersamai anak pertama hingga kepindahan kami ke rumah baru, saya tidak punya cukup banyak waktu untuk curhat. Namun karena desakan batin, akhirnya saya kembali menulis blog di akhir tahun 2018 dan berkenalan dengan inner child pada tahun 2020.

Berkat paket internet cepat dari IndiHome yang kala itu saya gunakan di rumah baru, saya menemukan akun instagram mamatalks dan berkenalan dengan istilah inner child. Saya Pun menulis “penemuan ajaib” ini dalam artikel berjudul Sering Merasa Salah Langkah Dalam Pengasuhan Anak?  dan saya akui saya memiliki tanda - tanda inner child yang terluka seperti yang disadur dari berbagai sumber referensi berikut ini :


  • Sering merasa bersalah
  • Sulit mengontrol emosi
  • Mudah Merasa Takut dan Cemas
  • Merasa tidak layak untuk dicintai
  • Tidak percaya diri sendiri
  • Sulit membuat batasan dengan orang lain
  • Mudah menjadi orang gak enakan


It's so me! itulah yang saya rasakan ketika menyadari tujuh tanda inner child yang terluka di atas melekat kuat dalam diri saya dan saya menemukan “biang kerok” mengapa saya memiliki banyak sekali emosi dan pikiran negatif dalam diri saya.

Kesadaran saya semakin bangkit ketika saya menemukan bahwa, pola asuh yang saya terapkan kala itu sama persis dengan yang diterapkan orang tua saya kepada saya ketika saya masih kecil yaitu otoriter.

Saya patut bersyukur dengan hadirnya paket internet cepat dari provider IndiHome saya dapat menemukan akar permasalahan yang bergelayut kuat dalam diri saya. Stop di saya saja! itulah tekad saya setelah menyadari hal itu. Saya tidak ingin siklus lingkaran setan ini terwariskan pada anak - anak saya.


tanda - tanda inner child
tanda - tanda inner child




Menyusun Resolusi Parenting 2023 : Jadi Role Model Parenting Terbaik Bagi Anak - anak


Kembali pada makna kata terbaik dalam dunia parenting yang saya paparkan diatas, yaitu :

Menjadi orangtua yang mampu membimbing, membersamai dan mendukung anak di setiap tahapan usia dan perkembangan psikologisnya sehingga anak dapat tumbuh dengan baik sesuai tahapan usianya, hidup bahagia dan meraih kesuksesan tanpa ada trauma masa kecil yang diakibatkan luka batin pengasuhan.

 

Role model parenting anti inner child-lah yang ingin saya terapkan tahun ini. Alasannya cukup jelas, selain karena saya tidak ingin anak saya mengalami apa yang saya alami dulu juga saya menemukan bahwa si inner child ini masih ada dalam diri saya.

Tak ayal saya pun kembali “curhat” melalui postingan blog berjudul Saya Bukanlah Orang Tua yang Sempurna dan saya kembali bergelut dengan inner child saya yang terluka.

Pergulatan ini melahirkan tekad yang semakin terpatri dalam diri saya untuk menjadi orang tua terbaik untuk anak-anak saya. Dan tahun ini, saya ingin membersamai tumbuh kembang anak - anak saya sesuai tahapan usianya sembari melatih diri memperbaiki pola asuh.

Saya pun memilih parenting style : Authoritative parenting (pola asuh otoritatif) dalam resolusi parenting 2023. Mengapa? Karena dalam Authoritative parenting saya menerapkan pola asuh yang responsif dan mendukung namun tetap memberi batasan yang tegas kepada anak.

Memang, realita terkadang agak melenceng dari tekad. Tidak hanya karena saya masih struggle dengan sisa - sisa inner child yang terluka, tapi juga adaptasi menjadi ibu yang masih berproses hingga kini. Untuk itu, saya harus lebih bertekad lagi untuk menjadi role model parenting terbaik bagi anak-anak saya. 


Resolusi Parenting 2023 Mamajokaa


1. Lebih sabar menghadapi tantrum si bungsu dan rivalry sibling


Anak bungsu saya yang masih berusia 6 tahun kerap mengalami tantrum namun memiliki daya kreatif dan daya tangkap yang tinggi. Hal ini wajar karena usia 6 tahun adalah usia dimana anak mulai memasuki fase menyadari banyak hal namun belum berkembang sepenuhnya seperti pada gambar di bawah ini :


tanda - tanda inner child
fase anak usia 6 tahun



Maka tidak heran jika si Bungsu, kerap bertingkah yang kadang membuat saya terheran-heran karena takjub dengan minat dan kemampuannya tapi juga kalang kabut hingga kesal dengan sisa- sisa tantrum karena emosinya masih belum berkembang dan belum bisa dikendalikan.

Wajar sih, karena meski dia mulai mengerti akan sesuatu namun belum bisa paham secara mendalam mengapa tidak boleh, mengapa harus begitu dan bagaimana.

Yah, saya harus lebih sabar menghadapi si Bungsu dan membiarkan dia melakukan hal yang dia suka meski dampaknya, rumah rapi ala KonMari pun hancur berantakan hanya dalam hitungan detik dan siklusnya kembali terulang hingga 3-4 kali dalam sehari.

Saya juga ingin berusaha lebih sabar dalam menghadapi tantrumnya ketika dia kesulitan membuat sesuatu atau menginginkan sesuatu. Ini yang tersulit terlebih jika kondisi fisik dan mental saya berada pada level terpedas.

Untuk itu, saya harus menggunakan paket internet cepat untuk belajar online terkait metode mengendalikan emosi dan sabar. Karena saya tak ingin, saya keceplosan marah tanpa mendengar apa yang diinginkan anak dengan seksama atau marah-marah lalu berkata yang menyakitkan tanpa mendengar batin anak.

Setidaknya kini saya tak mudah emosi ketika anak menaburkan bedak ke seluruh ruangan demi anak bisa membayangkan berada di musim salju atau bermain bangbarongan sehingga ruang tengah terlihat seperti kapal pecah atau mengotori lantai dengan cat air demi anak bisa eksplorasi daya kreatifnya.

Saya bisa dengan tenang berkata dalam hati, “ Ya sudah, biarin lah yang penting Kilan happy dan belajar eksplorasi

Namun saya masih struggle bersabar dan mengendalikan emosi ketika menghadapi rivalry sibling yang masih bergulir sejak si Bungsu berusia 3 tahun dan kakaknya berusia 5 tahun hingga sekarang. Saya masih kesulitan menghadapi jengkel dan kesal karena mereka kerap bertengkar tiada henti. Yang terberat adalah bagaimana caranya melerai pertengkaran tanpa menyakiti keduanya dan tidak memihak. Masih PR sih ya.


2. Lebih Banyak Mendengar


Ini yang ingin saya lakukan dalam resolusi parenting 2023. Untuk itu saya harus menyisihkan lebih banyak waktu untuk mendengar celoteh dan cerita ketika mereka akan tidur, ketika makan, ketika dan ketika mereka sedang bermain. 

Saya juga ingin berusaha dengan seksama mendengar setiap ucapan anak-anak ketika mereka berbuat kesalahan, ketika mereka bertengkar, ketika mereka menginkan sesuatu dan menanyakan alasannya dengan bahasa yang mudah dipahami anak-anak. Saya sendiri merasakan betapa perasaan ingin didengar begitu membahagiakan, saya merasa dihargai, dicintai dan di dukung. Perasaan itulah yang ingin anak -anak saya rasakan.


3. Lebih banyak mengajak eduwsata


Salah satu resolusi parenting yang tetap dari tahun ke tahun adalah mengajak anak-anak education. Mengapa? karena liburan edukasi atau eduwisata memberikan pengalaman menakjubkan yang akan selalu dikenang anak-anak. Selain itu, education juga dapat membantu pemahaman mata pelajaran anak disekolah. 

Manfaat lainnya, tentu saja meningkatkan bonding saya dengan anak-anak. Bandung, domisili saya tinggal memiliki banyak lokasi education. Dengan mudah saya dapat menemukan tempat wisata edukasi hanya dengan memanfaatkan layanan peramban. Lebih cepat dan praktis bukan? Apalagi saya menggunakan provider internet IndiHome dirumah.


4. Mengenalkan anak pada kebiasaan baik


Anak - anak itu seperti spoon, dia menyerap kebiasan, tingkah laku hingga ucapan orang tuanya. Untuk itu saya ingin berusaha semaximal mungkin untuk :


1).  Membiasakan diri melakukan life skill dengan tertib, disiplin dan teratur seperti :

  • mengajak membersihkan rumah
  • membereskan mainan
  • menyimpan tas sekolah dan sepatu pada tempatnya
  • menyimpan handuk setelah mandi pada tempatnya dan hal - hal seperti itu. 

Kebiasaan - kebiasaan tersebut tentu diikuti dengan saya yang membiasakan melakukan hal - hal seperti itu agar anak-anak juga mereka jejak tingkah laku saya dalam alam bawah sadarnya.


2). Menunjukan sikap respek terhadap orang lain seperti :

  • Beretika terhadap orang tua, kakak dan adik seperti mengucapkan salam ketika bertemu orang lain
  • mengucapkan permisi ketika melewati orang lain
  • mengetuk pintu ketika memasuki rumah atau ruangan pribadi
  • berkata “pinjam ya” ketika ingin meminjam barang milik kakak atau adik dan hal - hal yang lainnya. 

Hal - hal tersebut diatas cukup krusial bagi saya karena kebiasaan baik ini akan menetap seumur hidup.


3). Tidak berkata kasar ketika saya kesal atau marah
4). Mengajak anak lebih sering membaca bersama
5). Menerapkan komunikasi eye contact dengan posisi sejajar anak ketika anak sedang emosi atau ketika sedang mendengarkan anak bicara


5. Lebih sering mengatakan, “ Mamah sayang kakak” dan “mamah sayang adik” dan memeluk mereka


Karena kesibukan saya mengurus domestik rumah dan pekerjaan sampingan disertai anak-anak yang juga mulai memiliki banyak kegiatan sekolah, menyebabkan frekuensi bonding saya dengan anak-anak berkurang. Jarak pun semakin terasa, oleh sebab itu saya ingin lebih sering mengatakan, “ mama sayang kakak” dan “ mamah sayang adik” lalu memeluk anak-anak agar mereka tetap merasa bahwa saya sangat menyayangi mereka.

Ternyata cukup banyak sekali resolusi parenting 2023 yang ingin saya capai. Meski hanya tiga poin tapi sub poinnya cukup banyak. Tapi saya meyakini hukum pareto dimana setidaknya 80% dari resolusi saya pasti berhasil selama saya konsisten dan bertekad bulat ya.



Kesimpulan


Menjadi seorang ibu dengan proses adaptasi yang tidak mudah karena inner child yang masih terluka memang tidak mudah. Tapi saya yakin saya dapat melalui proses tersebut dengan terus upgrade wawasan parenting dan melatih diri.

Berkat bantuan paket internet cepat saya bisa mengikuti berbagai macam webinar atau kelas parenting secara daring sehingga saya dapat menambah pengetahuan parenting dan menemukan metode melatih dan menerapkan pola asuh.

Saya meyakini bahwa, role model parenting terbaik bagi anak-anak adalah saya dan ayahnya sebagai orang tua mereka. Semoga dengan menerapkan pola asuh yang tepat dan diikuti dengan aplikasi resolusi parenting 2023, anak-anak saya dapat tumbuh dengan baik dan bahagia sesuai perkembangan fisik dan mentalnya.
Karena,

Rasa percaya, kasih sayang dan kesetian dihargai dan dipandang sebagai basis penilaian moral. Anak-anak dan remaja mungkin mengadopsi standar-standar moral orang tua mereka agar dianggap sebagai anak yang “baik” (Kohlberg dalam Upton, 2012).

 

Resolusi parenting 2023
Resolusi parenting 2023


Bagaimana dengan resolusi parenting 2023 moms? sudah disusun dan direncanakan kah? Jangan lupa untuk memanfaatkan paket internet cepat dari Telkom Indonesia untuk membantu Mom’s upgrade skill dan pengetahuan parenting ya.





88 komentar

  1. Setuju nih Kak tentang inner child dan kalau terpicu itu rasanya luar biasaaa, kudu kontrol emosi. Jadi sembuhin diri sendiri dulu ya baru bertekad untuk jdi role model bagi anak-anak.

    Semoga sukses terus ya mengasuh 2 anaknya dan mereka bahagia karena mamanya baik dan sabar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikut mengaminkan.
      Meski sudah dewasa, inner child ini gak mudah ya untuk dilepaskan, tetapi sebisa mungkin bisa dialihkan

      Hapus
  2. Me too. Saya jg merasa bukan ortu yg sempurna karen dihantui bayangan pengasuhan masa kecil. Tp yg bisa dilakukan berusaha tak menyalahkan org lain dan belajar terus jd ortu yg baik buat anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kita semua bisa jadi ortu yg lebih baik

      Hapus
  3. Kayaknya pola asuh otoriter ini sudah umum buat generasi kita, ya, Mbak. Semoga kita bisa menjadi orang tua yang lebih baik, ya.

    BalasHapus
  4. Aku punya adek yg masih sd. Dan emg nggak gampang buat bantu ibu ngerawat adek. Apalagi jaman pandemi kmrn emosi muli bawaannya. Semangat buat mbaknyaa!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pandemi ini emang banyak pengaruhnya terhadap anak2. Aku mengalami sendiri ketika anakku agak tertekan dengan perubahan mendadak di masa pandemi

      Hapus
  5. Wuiih.. blogger kawakan inimah kalau udah mulai ngeblog dari 2021 heuheuhe.. sungkem dulu, ah..

    Tapi bener, sih. Paling tidak dunia blogging juga bisa membawa menjadi lebih banyak ilmu parenting. Apalagi didukung koneksi yang wuuuuuuss.. wuuuuuuuush.. makin keren! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul juga sekarang dapat ilmu bisa dr mana saja termasuk dr internet

      Hapus
  6. Blogging menjadi salah satu cara untuk belajar sekaligus menyebarkan informasi yaa mba. Apalagi tentang inner child ini. Makin kesini kita harus memahami inner child kita agar bisa mengambil tindakan yg bijaksana dikemudian hari apalagi ketika mengasuh anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju kak,
      inner child ini memang sebaiknya kita sendiri juga yang mengelola agar bisa lebih menerima diri dan tidak ada rasa trauma kembali

      Hapus
  7. Saya juga kenal innerchild dari jejaring dunia maya. Mengenal parenting islami, mengevaluasi beberapa parenting dengan lebih seksama dengan adanya internet. Bertemu dengan teman-teman sefrequensi juga dengan internet. Hidup jadi lebih mudah ya Mbak ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. samaan kak, aku juga baru tahu setelah baca artikel ini, jadi tambah wawasan juga soal ilmu parenting

      Hapus
  8. Ngobrolin dunia parenting ga ada habisnya. Inner child sebuah istilah baru yang saya ketahui di era online kemarin. Sebelumnya ga tahu nama istilahnya apa. Itu oun berkat adanya internet cepat. Kalau ga ada internet mungkin belum tahu inner child dan ga pernah ikutan webinarnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya saya pun baru tahu inner child dari internet, memang ilmu bisa lebih cepat didapat dengan adanya internet cepat ya.

      Hapus
  9. Belajar apapun keilmuannya termasuk parenting bisa didapatkan melalui internet. Yang penting informasinya tepat dan dari pakar yg berkompeten

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ya Kak. Sekarang mau belajar apa saja termasuk pengasuhan anak makin mudah. Asal mau mencari dan mau membaca, pasti dapat jawaban. Bersyukur juga dengan adanya internet cepat ya

      Hapus
  10. Jaman sekarang kita banyak dimudahkan untuk menggali informasi lewat internet.

    Memang butuh ilmu dan kesabaran menjadi orang tua terutama ibu (gusti yeni)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, jadi ibu perannya luar biasa. Harus bisa sabar juga yaa

      Hapus
  11. sebagai orang tua, emang penting banget jadi role model untuk keluarga khususnya anak. Dengan ilmu parenting yang semakin berkembang dan bisa dipelajari lewat internet, memberikan kemudahan orang tua untuk belajar terus menerus seiring pertumbuhan dan perkembangan anak

    BalasHapus
  12. Membereskan inner child memang penting banget ya. Dulu kita terima pola asuh yang kaku dan satu arah. Ortu yang terluka 'menurunkan' luka ke anak tanpa disadari. Dengan membereskan emosi dan berdamai dengan diri sendiri kita bisa berusaha memutus mata rantai yang gak sehat itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Meski memang berdamai dengan diri sendiri itu gak mudah, tetapi harus dilakukan ya, karena kalau bukan diri sendiri yang berubah, maka siapa lagi kan?

      Hapus
    2. Sayangnya nggak semua orang nyadar ada yang perlu dibereskan dalam dirinya. Kalau di sini, rata-rata laki masih tingkahnya kayak anak kecil. Jadinya istri malah ketambahan ngemong bayi besar.

      Hapus
  13. Masya Allah inner child ini memang penting banget untuk diketahui dan diterapkan. Pastinya resolusi seperti ini bisa jadi pegangan buat para ortu lain juga.

    BalasHapus
  14. Ternyata pengalaman dan pengetahuan sewaktu kita kecil sebegitu berpengaruhnya ke kepribadian kita ketika menginjak dewasa, that's why am i like this

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, aku juga baru tau ternyata memang gimana kita sekarang itu dibentuk dari pengalaman-pengalaman kita yang lalu ya

      Hapus
  15. Setuju nih, anak2 pastinya meniru gaya parenting ortunya yaa Mba. Dan inner child ini jga penting diperhatikan buat mental kita. Terima kasih sudah sharing Mba, bisa sbg pmbelajaran buatku yg blum jadi ortu, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya yaa, inner child ortu juga berdampak terhadap pola asuh anak nantinya

      Hapus
  16. seringnya kita tuh menumpahkan amarah yang terpendam sama anak. Jadi semacam pelampiasan. Memang seharusnya berdamai dulu dengan diri sendiri

    BalasHapus
  17. Saya tuh rasanya terlambat ketemu ilmu parenting gini ketika anak-anak udah besar. Tapi tak ada kata terlambat ya. Semoga generasi kita jauh lebih baik dari kita nanti. aamiin.

    BalasHapus
  18. Iya sepakat, jadi role mode parenting buat anak itu penting
    Emang harus lebih sabar ya mbak

    BalasHapus
  19. Kalau ngmng masalah inner child berapa banyak seorang ibu memilikinya jawabannya banyak makanya kadang ibu kalau emosi ke anak tuh luar biasa deh galaknya lebih baik sembuhkan dlu demi ksehatan mental anak

    BalasHapus
  20. Semangat ya mba, semoga resolusi parentingnya tahun ini bisa berjalan baik dan lancar. Jadi terpikir juga iya ya kenapa dari dulu aku gak pernah bikin resolusi untuk parenting juga.. :D Kalau authoritative sepertinya memang metode yang paling pas dan tepat ya untuk ke anak-anak..

    BalasHapus
  21. Keren banget resolusinya di bidang parenting. Semoga anak-anak dan ibunya makin bahagia dengan pengasuhan yang baik ya.

    BalasHapus
  22. Entah kenapa untuk bilang aku saya g kakak atau sayang adik, masih susah banget. Kayaknya ini perlu juga jadi resolusi saya

    BalasHapus
  23. Uuuww sosweet tapi emang bener kak Eka, aku pun sering ngomong aku sayang kakak ke isya dan hatinya jadi lebih lembut dibanding sepupu2nya haha..

    BalasHapus
  24. Ikut mendoakan, semoga resolusi parentingnya terwujud ya, kak, apalagi ini resolusinya bagus banget lho. Aku juga pengen ikutan coba ah, walau anakku pun sudah gede, tapi sepertinya tetap banyak hal yang masih perlu kulakukan untuk anakku dan diriku sendiri nih, terutama yang berkaitan dengan inner child

    BalasHapus
  25. beberapa ciri inner child itu saya rasakan, Mba, seperti sering merasa bersalah dan menjadi orang gak enakan. Wahh gak nyangka ternyata itu bisa menjadi ciri inner child yaa

    BalasHapus
  26. Beberapa ciri-ciri udah ada di diri aku mbak, ternyata itu juga inner child juga ya mbak. Harus, berdamai dengan diri sendiri ini biar bisa sembuh.

    BalasHapus
  27. Jadi orang tua memang tentunya enggak mudah ya,Mbak. Perlunya persiapan nih biar terlaksana dengan baik dan memang inner child yang harus bener-bener harus sudah tidK ada masalah lagi sehingga bisa berdamai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju banget kak, memang jadi orangtua tidak mudah. Kita harus benar-benar siap untuk bisa mengemban tanggungjawab dengan dititipkan seorang anak, semoga diberikan kekuatan untuk seluruh orangtua agar bisa mendidik anaknya dengan baik dan mampu menghadapi inner childnya

      Hapus
  28. Senang sekali mendapatkan kesimpulan yang baik bahwa orangtua senantiasa berproses. Dan semoga Allah bantu dengan semua kemudahan yang ada saat ini. Dengan internet cepat dan semuanya yang mendukung menuju pengasuhan yang lebih baik.

    BalasHapus
  29. Semoga tiap orang tua bisa kayak gini sih, paham bahwa bukan cuma anak yang berproses, orang tua juga harus bisa berkembang memberikan yang terbaik buat anaknya bukan menuntut anak harus jadi yang terbaik menurut orang tuanya

    BalasHapus
  30. Internet memang membuat kita bisa dapat ilmu tentang banyak hal dengan mudah ya Kak, apalagi pakai internet cepat ya.

    Sampai ilmu parenting, dunia kesehatan mental, dan tentang inner child pun bisa kita baca karena banyak juga orang yang sharing. Termasuk saat baca di blog ini, wiih dapat ilmu lagi. Siip Kak sharingnya

    BalasHapus
  31. setuju sekali kak, kita tidak boleh asal marah dan berkata kasar pada anak dong. nggak perduli semarah apapun kita ya

    BalasHapus
  32. Saya tuh pengen banget jadi role model anak anak dalam hal belajar dan juga disiplin
    Hanya saja anak tiga benar benar membuat saya harus banyak
    belajar membagi waktu

    BalasHapus
  33. Banyak orang yang tidak tahu tentang luka batin yang dibawa sejak kecil. Sehingga berpengaruh pada masa dewasanya. Membaca artikel ini aku jadi ingin tahu lebih dalam tentang parenting

    BalasHapus
  34. Tulisan ini makin membuka wawasan saya. Sampai saat ini saya masih belajar jadi ortu

    BalasHapus
  35. Telkom Indonesia membantu kita untuk bisa menjadi role model parenting untuk anak anak Indonesia ya mbak

    BalasHapus
  36. Salah satu tantangan saya pribadi dalam menjadi orang tua adalah menghadapi rivalry sibling dengan 4 anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Harus banget belajar tentang kesabaran yang luar biasa menghadapi suasana chaotic dan kehebohan mereka.
    Terima kasih Teh Eka sudah sharing, semoga semakin saling menguatkan untuk berusaha menjadi role model terbaik bagi anak-anak

    BalasHapus
  37. Masih jadi PR juga dengan inner child. Terkadang sudah berusaha untuk damai, tapi pas dihadapkan dengan situasi tertentu jadi kebayang lagi. Hiks

    BalasHapus
  38. begitu pentingnya untuk selalu menambah wawasan parenting, meski diriku belum punya anak dan menikah. thanks kak sharingnya

    BalasHapus
  39. Iya sih ya. Terbaik tuh nggak selalu memiliki pemahaman yang sama. Tergantung mau terbaik di bidang apa gitu ya.

    Kalau sebagai ibu. Tentu ingin terbaik dalam menjadi role model pengasuhan untuk anak-anak ya..

    BalasHapus
  40. Insightfull banget sih tulisannya, setuju menjadi orang tua itu memang gak ada yang sempurna, tapi bisa menjadi yang terbaik ❤️

    BalasHapus
  41. Waduh resolusi parenting di tahun 2023, gak terasa sudah menjelang Maret harus segera dieksekusi nih.

    BalasHapus
  42. Berkat internet cepat jadi bisa ikut berbagai macam webinar dan kelas parenting dengan nyaman dan anti buffering ya mbak. Jadi bisa ikutan meredam inner childnya juga berkat kelas parentingnya. Terima kasih sharingnya, sangat bermanfaat.

    BalasHapus
  43. Definisi kata "terbaik" memang cukup beragam ya. Dan itu tergantung bagaimana kita mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari, termasuk urusan parenting.

    Ngomongin soal parenting, ternyata kita bisa dapat banyak ilmu parenting lewat akun IG mamatalks. Boleh juga tuh bisa belajar ilmu parenting dari sana. Apalagi kalau didukung sama jaringan internet yang kencang dari IndiHome, pasti bakalan lebih seru dan lancar mempelajari ilmu parenting.

    Terima kasih atas artikel inspirasinya yang keren banget!!

    BalasHapus
  44. MasyaaAllah inspiratif sekali Kak semua proses selama membersamai anak. Melihat ciri2 inner child yg terluka kok aku masuk juga ya? Hehe. Padahal aku merasa aman2 aja 🤣

    BalasHapus
  45. hemmm, entah yaa persoalnya inner child ini, apa aku punya atau engga, klo self-diagnose, terasa ada aja kurangnya, dan luka2 batin masa kecil yaa. Belum kebayang nanti klo udh punya anak akan kaya gimana gaya parenting nya, tapi saat ini udh ngebayangin si pengen yang kaya gimana, but don't know nanti praktiknya gmna 🙃

    BalasHapus
  46. jangan khawatir soal konmari mba, orang yang penemunya aja juga udah ga kuat setelah punya anak haha.. yang penting anak2 terawat dan pekerjaan rumah bisa selesai yaa..

    BalasHapus
  47. Jadi ingat teman yang mengaku mengalami inner child. Ternyata pengaruh sama pola asuh anak ya dan juga perkembangan diri sebagai orang tua. Sehat sehat ya mbak. Peluk jauh

    BalasHapus
  48. Syukurlah bisa nambah wawasan untuk memperbaiki diri agar bisa menjadi role model yang baik, ya

    BalasHapus
  49. Pola asuh kepada anak itu memang biasanya turun dari pola asuh sebelumnya yang diterima orang tua. Misalnya dulu orang tua mengajari begini, secara tidak langsung nanti akan diajari lagi pada anaknya.
    Namun seiring perkembangan zaman, menurut pola asuh tetap bisa disesuaikan, tanpa keluar dari nilai-nilai luhur. Apalagi sekarang banyak seminar online seputar dunia parenting.

    BalasHapus
  50. Jujur hingga detik ini saya masih suka menanyakan, apakah inner child itu masih bisa disembuhkan atau tidak. Makasih sharingnya Kak.

    BalasHapus
  51. Setuju sih aku, menjadi orang tua memang harus belajar seumur hidup. Apalagi kalau sebelumnya punya trauma inner child yang belum usai. Masih harus adaptasi dengan keluarga baru dan peran baru. Untung ada internet cepat yang selalu support dalam memberi kemudahan memperoleh informasi terkait edukasi.

    BalasHapus
  52. Senang sekali membaca semangat terus menerus mengenai parenting. Betul memang inner child ini pengaruhnya bukan hanya di lingkup diri sendiri saja, namun perspektif diri, bahkan sampai bagaimana pengasuhan. Semangat terus Mbak

    BalasHapus
  53. Bener sih kak. Ngedidik anak zaman now itu beda banget ama zaman kita kecil dulu. Kita harus bisa memahami karakter anak. Tapi berkat internet cepat IndiHome, kita bisa browsing cara mendidik anak dengan tepat sesuai karakternya. Pun kita bisa bertanya ke ahli/bertukar informasi dgn blogger yg pny ketertarikan dgn dunia parenting.

    BalasHapus
  54. Generasi 80 - 90-an kayaknya banyak yang mengalami inner child, ya. Saya juga merasakannya ala parenting yang otoriter.

    Menjadi orangtua di jaman modern gini, rupanya banyak banget tantangannya. Bukan tentang soal adab, agama, dan lainnya. Tapi juga tentang teknologi yang kian melesat.

    Perlu usaha yang lebih ya kita, biar jadi role model parenting terbaik bagi anak-anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, benar nih. Masanya saya juga masih dapat nih pola parenting otoriter. Mungkin karena ortu dulu terbatas akses informasi mengenai parenting, so bersyukur zaman sekarang ya dengan dukungan paket internet cepat kita bisa mengedukasi diri sehingga bisa mengasuh anak dengan lebih baik

      Hapus
  55. Saya juga masih banyak PR nih dalam membersamai anak, utamanya sih datang di diri saya yang masih sangat kurang sabarnya :(

    Dengan IndiHome di rumah, kita jadi bisa belajar banyak tentang parenting dan bagaiamana menyembuhkan inner child kita, setuju banget, cukup sampai di sini saja inner child itu dan jangan sampai berlanjut ke generasi berikut.

    Semoga resolusi parentingnya lancar dan terwujud semua ya Mbak :)

    BalasHapus
  56. dengan kecanggihan teknologi sekarang, belajar parenting bisa lewat internet dan bisa langsung dipraktekkan karena mudah dipahami. Menyenangkan banget yes

    BalasHapus
  57. Bersyukur ya zaman sekarang mau akses informasi apapun mudah dan cepat termasuk buat belajar ilmu parenting apalagi didukung dengan internet cepat dari Telkom. Sebagai mamah muda saya juga merasakan besar manfaatnya internet untuk upgrade ilmu dan skill khususnya yang terkait dengan masalah pengasuhan

    BalasHapus
  58. Jadi orangtua memang ga ada sekolahnya ya. Tapi seiring pesatnya perkembangan teknologi, banyak informasi parenting yang bertebaran di internet. Dan bisa pelan-pelan belajar dari situ ya

    BalasHapus
  59. Semangat lah buat kita semua para orang tua, apalagi zaman digital saat ini semakin mudah untuk kita mendapatkan ilmu-ilmu Parenting secara online.

    BalasHapus
  60. kok tanda inner childnya sama ya dengan saya mbak, Dan saya baru tahu sekarang saat baca artikel ini. dan pernah melewati masa buruk saat menjadi ibu untuk anak pertama saya.

    BalasHapus
  61. Inner child memang sangat berpengaruh dalam pola pengasuhan, akupun merasakannya. Dan aku juga belajar memaafkan masa lalu agar aku bisa mengasuh anak sesuai keinginan anaknya tapi juga tetap tegas.
    Semoga resolusi pengasuhan nya terwujud ya Mbak ....

    BalasHapus
  62. Ternyata ada banyak sekali checklist yang harus dilakukan ketika membimbing anak-anak agar tumbuh sehat jiwa dan raga. Utamanya adalah menyelesaikan urusan diri sendiri dulu lalu upgrade skill dan pengetahuan parenting melalui websiter terpercaya dan penggunaan internet cepat.

    BalasHapus
  63. Memang sejak kesehatan mental banyak digaungkan, makin banyak pula yang paham bahwa kesehatan jiwa itu penting. Apalagi didukung dengan internet cepat dari indihome, edukasi seputar kesehatan mental pun makin mudah dijangkau

    BalasHapus
  64. Tanda ke-6 dan 7 kok saya banget ya. Kirain karena karakter baik alias altruis. Tapi memang sih kalau bicara innerchild memang punya saya termasuk yang parah. Sebelum berhasil dikalahkan setiap pulang dari rumah ortu pasti langsung lemes tak bertenaga dan memilih tidur meski pulangnya sore.

    BalasHapus
  65. Poin kedua tentang lebih banyak mendengar itu pengen sekali aku wujudkan. Tapi emang perlu effort ya

    BalasHapus
  66. Terimakasih sudah memberikan informasi yang cukup lengkap dan mudah dipahami, belum menjadi orang tua, tapi saya ada ponakan dan orang tuanya kerja merantau semua, mau ga mau harus menjadi role model yang baik

    BalasHapus
  67. Dalam urusan bonding sama anak juga diperlukan resolusi ya mam agar semuanya terarah dan terukur. semoga semua yang telah dicanangkan di tahun 2023 akan terlaksana yaa mama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang perlu disusun rencana agar lebih baik hasilnya. Kalau cuma lakukan dan lakukan, kadang ada kurangnya dan ada lupanya. Padahal jadi role model anak itu kayak yang 24 jam sehari (harus ingat untuk berlaku benar di depan anak)

      Hapus
  68. Galo Mbak, aku juga ngerasain gelombang inner child ini Mbak. Yuk kita kerjakan yuk, memperbaiki diri dulu baru nanti kita pantas jadi role model.

    BalasHapus
  69. setuju sekali kak kita ternyata dapat lho menjadi role mode parenting di Indonesia bersama Indihome Telkom Indonesia ya. dengan internet cepat tentu kesenpatan itu harus selalu ada

    BalasHapus
  70. Pola asuh otoriter dapat membentuk kebiasaan tidak enakan. Orang yang sering merasa tidak enak pada banytak hal, seringkali malah akan merugikan diri sendiri. Semoga kita sebagai generasi muda yang terbuka akan informasi berkat perkembangan tekhnologi, menjadi orang tua dengan pola asuh sebaik mungkin untuk anak-anak agar membentuki kerpibadian yang baik bagi dirinya.

    BalasHapus
  71. Dulu mungkin istilah Inner Child ini tidak familiar di telinga orang tua kita ya mbak. Dan ketika sekarang zaman semakin maju , ilmu makin berkembang memang ilmu parenting harus dijadikan rujukan ortu dalam mendidik anak

    BalasHapus
  72. Semoga kita semua dapat menjadi orang tua terbaik buat anak ya Mba, mampu membersamai anak di setiap fase perkembangannya. Berdamai juga dg inner child kita, anak kecil yang tinggal dalam diri kita itu harus sering2 disapa dan diperlakukan dengan baik, hiks.

    BalasHapus