Makna dibalik kata “Terbaik” bersifat umum tergantung dari value yang dimiliki secara personal. Terbaik bisa berarti menjadi lebih baik, berusaha lebih baik atau menjadi paling baik.
Saat seseorang bertekad, “ Saya ingin menjadi orang yang terbaik di bidang olahraga” maka kita dapat menarik kesimpulan jika orang tersebut ingin menjadi orang terbaik di bidang olahraga dengan segudang prestasi.
Namun, kata “Terbaik” jika dikaitkan dengan dunia parenting maka dapat memiliki makna :
Menjadi orang terbaik artinya menjadi orangtua yang mampu membimbing, membersamai dan mendukung anak di setiap tahapan usia dan perkembangan psikologisnya sehingga anak dapat tumbuh dengan baik, hidup bahagia dan meraih kesuksesan.
Tetapi, makna ini bisa berubah tergantung bagaimana orangtua memaknai kata terbaik sebagai orangtua berdasarkan nilai -nilai keluarga yang dianut. Tetapi bagi saya, makna kata Terbaik dari resolusi parenting 2023 saya yaitu jadi role model parenting terbaik bagi anak - anak sebagai cerminan bagaimana mereka menjadi orang tua kelak.
Saya yang tumbuh dan berkembang dalam role model parenting klasik yang notabene memiliki parenting style otoriter, sedikit banyak telah membuat saya berkembang dengan berbagai emosi dan pikiran negatif di sepanjang hidup saya.
Inner child, itulah istilah populer yang menyatakan luka batin pengasuhan.
Saya bukanlah orang tua sempurna apalagi dikatakan terbaik. Tetapi seiring dengan proses menjalani peran menjadi ibu dalam kurun waktu 9 tahun terakhir, saya banyak menghadapi proses healing dari inner child sekaligus mencari parenting style yang tepat untuk anak-anak saya. Ini tidak mudah, tapi saya berusaha yang terbaik dan terus melakukan upgrade diri terkait pengasuhan dan evaluasi.
Dan inilah sepenggal kisah saya terkait resolusi parenting 2023. Selamat membaca dan semoga terinspirasi.
Berkenalan dengan Inner Child Berkat Paket Internet Cepat
![]() |
Berkenalan dengan inner child berkat paket internet cepat (ilustrasi dok.pribadi) |
Saya suka menulis, atau lebih tepatnya curhat dalam buku harian sejak masih SD hingga saya berkeluarga. Namun pada tahun 2012 ketika saya, suami dan anak pertama kami masih tinggal dirumah ibu saya, kebiasaan menulis pun berlanjut dalam dunia digital yaitu blog.
Tentu saja kemudahan curhat di platform blog ini tercipta berkat hadirnya paket internet cepat di rumah melalui provider dari Telkom Indonesia yang terpasang di rumah ibu saya kala itu. Curhat menjadi lebih mudah dan ribuan kata yang tercekat di tenggorokan tumpah ruah dalam tuts keyboard dan postingan di blog.
Meski awalnya saya memanfaatkan blog sebagai media curhat aktivitas saya sebagai ibu, saya menemukan bahwa ternyata saya bisa juga healing dari inner child yang terluka melalui proses menulis.
FYI, inner child merupakan pengalaman dan pengetahuan yang kita dapat dimasa kecil yang membentuk kepribadian ketika kita menjadi orang dewasa. Pengalaman dan pengetahuan ini mencakup pengalaman negatif seperti trauma, ingatan dan emosi serta luka batin.
Tapi saya baru menemukan kondisi kesehatan mental ini delapan tahun kemudian. Karena selama membersamai anak pertama hingga kepindahan kami ke rumah baru, saya tidak punya cukup banyak waktu untuk curhat. Namun karena desakan batin, akhirnya saya kembali menulis blog di akhir tahun 2018 dan berkenalan dengan inner child pada tahun 2020.
Berkat paket internet cepat dari IndiHome yang kala itu saya gunakan di rumah baru, saya menemukan akun instagram mamatalks dan berkenalan dengan istilah inner child. Saya Pun menulis “penemuan ajaib” ini dalam artikel berjudul Sering Merasa Salah Langkah Dalam Pengasuhan Anak? dan saya akui saya memiliki tanda - tanda inner child yang terluka seperti yang disadur dari berbagai sumber referensi berikut ini :
- Sering merasa bersalah
- Sulit mengontrol emosi
- Mudah Merasa Takut dan Cemas
- Merasa tidak layak untuk dicintai
- Tidak percaya diri sendiri
- Sulit membuat batasan dengan orang lain
- Mudah menjadi orang gak enakan
It's so me! itulah yang saya rasakan ketika menyadari tujuh tanda inner child yang terluka di atas melekat kuat dalam diri saya dan saya menemukan “biang kerok” mengapa saya memiliki banyak sekali emosi dan pikiran negatif dalam diri saya.
Kesadaran saya semakin bangkit ketika saya menemukan bahwa, pola asuh yang saya terapkan kala itu sama persis dengan yang diterapkan orang tua saya kepada saya ketika saya masih kecil yaitu otoriter.
Saya patut bersyukur dengan hadirnya paket internet cepat dari provider IndiHome saya dapat menemukan akar permasalahan yang bergelayut kuat dalam diri saya. Stop di saya saja! itulah tekad saya setelah menyadari hal itu. Saya tidak ingin siklus lingkaran setan ini terwariskan pada anak - anak saya.
Menyusun Resolusi Parenting 2023 : Jadi Role Model Parenting Terbaik Bagi Anak - anak
Kembali pada makna kata terbaik dalam dunia parenting yang saya paparkan diatas, yaitu :
Menjadi orangtua yang mampu membimbing, membersamai dan mendukung anak di setiap tahapan usia dan perkembangan psikologisnya sehingga anak dapat tumbuh dengan baik sesuai tahapan usianya, hidup bahagia dan meraih kesuksesan tanpa ada trauma masa kecil yang diakibatkan luka batin pengasuhan.
Role model parenting anti inner child-lah yang ingin saya terapkan tahun ini. Alasannya cukup jelas, selain karena saya tidak ingin anak saya mengalami apa yang saya alami dulu juga saya menemukan bahwa si inner child ini masih ada dalam diri saya.
Tak ayal saya pun kembali “curhat” melalui postingan blog berjudul Saya Bukanlah Orang Tua yang Sempurna dan saya kembali bergelut dengan inner child saya yang terluka.
Pergulatan ini melahirkan tekad yang semakin terpatri dalam diri saya untuk menjadi orang tua terbaik untuk anak-anak saya. Dan tahun ini, saya ingin membersamai tumbuh kembang anak - anak saya sesuai tahapan usianya sembari melatih diri memperbaiki pola asuh.
Saya pun memilih parenting style : Authoritative parenting (pola asuh otoritatif) dalam resolusi parenting 2023. Mengapa? Karena dalam Authoritative parenting saya menerapkan pola asuh yang responsif dan mendukung namun tetap memberi batasan yang tegas kepada anak.
Memang, realita terkadang agak melenceng dari tekad. Tidak hanya karena saya masih struggle dengan sisa - sisa inner child yang terluka, tapi juga adaptasi menjadi ibu yang masih berproses hingga kini. Untuk itu, saya harus lebih bertekad lagi untuk menjadi role model parenting terbaik bagi anak-anak saya.
Resolusi Parenting 2023 Mamajokaa
1. Lebih sabar menghadapi tantrum si bungsu dan rivalry sibling
Anak bungsu saya yang masih berusia 6 tahun kerap mengalami tantrum namun memiliki daya kreatif dan daya tangkap yang tinggi. Hal ini wajar karena usia 6 tahun adalah usia dimana anak mulai memasuki fase menyadari banyak hal namun belum berkembang sepenuhnya seperti :
- Mulai dapat menyampaikan apa yang dipikirkannya melalui kata-kata yang mudah dimengerti
- Mulai memahami hubungan sebab dan akibat
- Mampu mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang lain
- Mulai bisa melakukan tugas
- Memiliki rasa penasaran cukup tinggi
- Senang eksplorasi kemampuan dan minat.
Maka tidak heran jika si Bungsu, kerap bertingkah yang kadang membuat saya terheran-heran karena takjub dengan minat dan kemampuannya tapi juga kalang kabut hingga kesal dengan sisa- sisa tantrum karena emosinya masih belum berkembang dan belum bisa dikendalikan.
Wajar sih, karena meski dia mulai mengerti akan sesuatu namun belum bisa paham secara mendalam mengapa tidak boleh, mengapa harus begitu dan bagaimana.
Yah, saya harus lebih sabar menghadapi si Bungsu dan membiarkan dia melakukan hal yang dia suka meski dampaknya, rumah rapi ala KonMari pun hancur berantakan hanya dalam hitungan detik dan siklusnya kembali terulang hingga 3-4 kali dalam sehari.
Saya juga ingin berusaha lebih sabar dalam menghadapi tantrumnya ketika dia kesulitan membuat sesuatu atau menginginkan sesuatu. Ini yang tersulit terlebih jika kondisi fisik dan mental saya berada pada level terpedas.
Untuk itu, saya harus menggunakan paket internet cepat untuk belajar online terkait metode mengendalikan emosi dan sabar. Karena saya tak ingin, saya keceplosan marah tanpa mendengar apa yang diinginkan anak dengan seksama atau marah-marah lalu berkata yang menyakitkan tanpa mendengar batin anak.
Setidaknya kini saya tak mudah emosi ketika anak menaburkan bedak ke seluruh ruangan demi anak bisa membayangkan berada di musim salju atau bermain bangbarongan sehingga ruang tengah terlihat seperti kapal pecah atau mengotori lantai dengan cat air demi anak bisa eksplorasi daya kreatifnya.
Saya bisa dengan tenang berkata dalam hati, “ Ya sudah, biarin lah yang penting Kilan happy dan belajar eksplorasi”
Namun saya masih struggle bersabar dan mengendalikan emosi ketika menghadapi rivalry sibling yang masih bergulir sejak si Bungsu berusia 3 tahun dan kakaknya berusia 5 tahun hingga sekarang. Saya masih kesulitan menghadapi jengkel dan kesal karena mereka kerap bertengkar tiada henti. Yang terberat adalah bagaimana caranya melerai pertengkaran tanpa menyakiti keduanya dan tidak memihak. Masih PR sih ya.
2. Lebih Banyak Mendengar
Ini yang ingin saya lakukan dalam resolusi parenting 2023. Untuk itu saya harus menyisihkan lebih banyak waktu untuk mendengar celoteh dan cerita ketika mereka akan tidur, ketika makan, ketika dan ketika mereka sedang bermain. Saya juga ingin berusaha dengan seksama mendengar setiap ucapan anak-anak ketika mereka berbuat kesalahan, ketika mereka bertengkar, ketika mereka menginkan sesuatu dan menanyakan alasannya dengan bahasa yang mudah dipahami anak-anak. Saya sendiri merasakan betapa perasaan ingin didengar begitu membahagiakan, saya merasa dihargai, dicintai dan di dukung. Perasaan itulah yang ingin anak -anak saya rasakan.
3. Lebih banyak mengajak education
Salah satu resolusi parenting yang tetap dari tahun ke tahun adalah mengajak anak-anak education. Mengapa? karena liburan edukasi atau education memberikan pengalaman menakjubkan yang akan selalu dikenang anak-anak. Selain itu, education juga dapat membantu pemahaman mata pelajaran anak disekolah. Manfaat lainnya, tentu saja meningkatkan bonding saya dengan anak-anak. Bandung, domisili saya tinggal memiliki banyak lokasi education. Dengan mudah saya dapat menemukan tempat wisata edukasi hanya dengan memanfaatkan layanan peramban. Lebih cepat dan praktis bukan? Apalagi saya menggunakan provider internet IndiHome dirumah.
4. Mengenalkan anak pada kebiasaan baik
Anak - anak itu seperti spoon, dia menyerap kebiasan, tingkah laku hingga ucapan orang tuanya. Untuk itu saya ingin berusaha semaximal mungkin untuk :
1). Membiasakan diri melakukan life skill dengan tertib, disiplin dan teratur seperti :
- mengajak membersihkan rumah
- membereskan mainan
- menyimpan tas sekolah dan sepatu pada tempatnya
- menyimpan handuk setelah mandi pada tempatnya dan hal - hal seperti itu.
2). Menunjukan sikap respek terhadap orang lain seperti :
- Beretika terhadap orang tua, kakak dan adik seperti mengucapkan salam ketika bertemu orang lain
- mengucapkan permisi ketika melewati orang lain
- mengetuk pintu ketika memasuki rumah atau ruangan pribadi
- berkata “pinjam ya” ketika ingin meminjam barang milik kakak atau adik dan hal - hal yang lainnya.
Hal - hal tersebut diatas cukup krusial bagi saya karena kebiasaan baik ini akan menetap seumur hidup.
3). Tidak berkata kasar ketika saya kesal atau marah
4). Mengajak anak lebih sering membaca bersama
5). Menerapkan komunikasi eye contact dengan posisi sejajar anak ketika anak sedang emosi atau ketika sedang mendengarkan anak bicara
5. Lebih sering mengatakan, “ Mamah sayang kakak” dan “mamah sayang adik” dan memeluk mereka
Karena kesibukan saya mengurus domestik rumah dan pekerjaan sampingan disertai anak-anak yang juga mulai memiliki banyak kegiatan sekolah, menyebabkan frekuensi bonding saya dengan anak-anak berkurang. Jarak pun semakin terasa, oleh sebab itu saya ingin lebih sering mengatakan, “ mama sayang kakak” dan “ mamah sayang adik” lalu memeluk anak-anak agar mereka tetap merasa bahwa saya sangat menyayangi mereka.
Ternyata cukup banyak sekali resolusi parenting 2023 yang ingin saya capai. Meski hanya tiga poin tapi sub poinnya cukup banyak. Tapi saya meyakini hukum pareto dimana setidaknya 80% dari resolusi saya pasti berhasil selama saya konsisten dan bertekad bulat ya.
![]() |
Resolusi Parenting 2023 bersama IndiHome ( Dok. pribadi) |
Kesimpulan
Menjadi seorang ibu dengan proses adaptasi yang tidak mudah karena inner child yang masih terluka memang tidak mudah. Tapi saya yakin saya dapat melalui proses tersebut dengan terus upgrade wawasan parenting dan melatih diri.
Berkat bantuan paket internet cepat saya bisa mengikuti berbagai macam webinar atau kelas parenting secara daring sehingga saya dapat menambah pengetahuan parenting dan menemukan metode melatih dan menerapkan pola asuh.
Saya meyakini bahwa, role model parenting terbaik bagi anak-anak adalah saya dan ayahnya sebagai orang tua mereka. Semoga dengan menerapkan pola asuh yang tepat dan diikuti dengan aplikasi resolusi parenting 2023, anak-anak saya dapat tumbuh dengan baik dan bahagia sesuai perkembangan fisik dan mentalnya.
Karena,
Rasa percaya, kasih sayang dan kesetian dihargai dan dipandang sebagai basis penilaian moral. Anak-anak dan remaja mungkin mengadopsi standar-standar moral orang tua mereka agar dianggap sebagai anak yang “baik” (Kohlberg dalam Upton, 2012).
Bagaimana dengan resolusi parenting 2023 moms? sudah disusun dan direncanakan kah? Jangan lupa untuk memanfaatkan paket internet cepat dari Telkom Indonesia untuk membantu Mom’s upgrade skill dan pengetahuan parenting ya.
https://www.orami.co.id/magazine/inner-child
https://www.parenting.co.id/balita/apa-itu-inner-child-
https://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id
https://www.alodokter.com/mengenal-pola-asuh-authoritative-parenting
https://www.sehatq.com/artikel/parenting-alias-pola-asuh-anak-terbagi-4-jenis-anda-yang-mana