Tampilkan postingan dengan label curhat emak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label curhat emak. Tampilkan semua postingan

Tidak ikut Study Tour Sekolah, Anak Tetap Bayar



Kegiatan study tour di PAUD/TK merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan KBM sekolah yang bertujuan memberikan pengalaman yang baik terhadap anak, memperat bonding antar siswa dan siswa dengan guru serta sarana rekreasi dan edukasi.  


Meski tidak semua lembaga PAUD/TK menjadikan study tour bagian dari kurikulum, tapi beberapa lembaga memasukan kegiatan study tour kedalam kurikulum dengan pertimbangan manfaatnya untuk perkembangan anak usia dini. 


Namun dibalik segudang manfaat study tour untuk anak usia dini, terdapat perihal yang kerap menjadi dilema dan perbincangan cukup sengit diantara orang tua/wali yaitu biaya study tour  yang harus dikeluarkan oleh anak yang tidak mengikuti kegiatan study tour.


Mengapa siswa yang tidak ikut study tour harus membayar setengah dari biaya study tour? Bukankah dengan demikian menjadikan kegiatan study tour bersifat wajib sementara sebagaimana kita tahu bahwa study tour tidak wajib? 


Sebelum kegiatan study tour berlangsung, biasanya sekolah sebagai lembaga penyelanggara study tour mengadakan rapat POMG yang membahas kegiatan study tour yang akan dipaparkan oleh wali kelas atau kepala sekolah.  


Selain rincian biaya, lokasi dan tempat serta waktu kegiatan biasanya juga disepakati ketentuan lain yaitu, “anak yang tidak ikut tetap membayar biaya transportasi” dengan alasan menutupi biaya sewa transportasi bus yang hanya ditanggung oleh siswa yang ikut study tour. 


Hal - hal seperti inilah yang sering menjadi permasalahan hingga munculnya pertikaian antara orangtua dengan pihak sekolah. Seperti yang terjadi di beberapa lembaga pendidikan hingga menyebabkan masalah yang diangkat oleh media dan lembaga tersebut dikenai sanksi oleh Dinas Pendidikan setempat. 


Bahkan jika Mom iseng berselancar di google, Mom akan menemukan beberapa berita  terkait kekecewaan Orang Tua siswa yang tidak Ikut study tour Lantaran Tetap diPungut Biaya. 


Contoh real-nya adalah pengalaman saya sendiri  yang terjadi pada kegiatan study tour tahun ini di  PAUD/TK dimana anak bungsu saya bersekolah. Begini ceritanya,



REALITA : Study Tour  Paud/TK, Tidak ada solusi hanya drama berkepanjangan


Permasalahan yang dialami sebagian orang tua terkait membayar penalti study tour juga saya rasakan di lembaga PAUD/TK diaman anak bungsu saya sekolah. 


Awalnya saya enggan mengangkat permasalahan ini mengingat nama baik sekolah, tapi atas pertimbangan bahwa masalah ini harus tetap diangkat demi keberlangsungan KBM anak selanjutnya, dengan tidak menyebutkan identitas lembaga saya tetap ingin menceritakan permasalahan yang terjadi dan realitanya dari sudut pandang orang tua/wali. 


Semoga pengalaman saya, bisa menjadi pertimbangan orang tua ketika memilih lembaga PAUD/TK yang sesuai yang memiliki manajemen sekolah terstruktur, terbuka, bijaksana dan open minded terhadap saran serta kritikan dari orangtua/wali murid. 



Awal Cerita Perencanaan Kegiatan Study Tour


Pada bulan Februari 2023, tanpa ada kabar sebelumnya, selesai kegiatan seminar dari lembaga yang menawarkan jasa psikotes kemampuan anak,  kepala sekolah mengadakan rapat POMG secara mendadak. 


Kami semua terkejut tentu saja, tapi tak ada pilihan selain mengikuti arahan dari kepala sekolah. Berbagai informasi kegiatan sekolah pun mulai dipaparkan, seperti kegiatan KBM hingga akhir semester, kegiatan study tour dan pentas seni.


Pihak sekolah menawarkan beberapa lokasi study tour dan akhirnya disepakati bahwa study tour akan dilaksanakan pada minggu kedua bulan Mei 2023 sementara pentas seni akan dilaksanakan satu bulan kemudian.


Masalah Biaya dan Pertimbangan Lainnya Orang Tua


Biaya study tour pun keluar yaitu 290rb ibu+anak dengan satu tempat duduk (anak duduk di pangkuan ibu). Jika ingin anak duduk terpisah, maka harus membayar biaya kursi sejumlah 70 ribu. Maka total biaya study tour adalah 340 ribu. Biaya ini belum termasuk snack, makan siang, bekal jajan dan membeli oleh-oleh yang jika diakumulasikan akan berjumlah sekitar 500 ribu rupiah. 


Wow! Biaya yang tidak sedikit ya? Tentu saja  mengingat lokasi study tour berada di luar kota. 


Berdasarkan kebijakan sekolah, maka diadakanlah tabungan wajib sejak bulan Februari sejumlah Rp. 2000/hari  agar begitu waktu piknik tiba orang  tua tidak merasa terlalu berat membayar iuran piknik. 


Orang tua pun sepakat “ insyaallah” akan mengikuti kegiatan study tour dan setuju tanpa pilihan dengan pernyataan dari pihak sekolah yaitu bagi yang tidak ikut study tour tetap harus membayar uang transport sejumlah 70 ribu.


Saya rasa kesepakatan ini sepihak ya, mengingat kegiatan study tour dilaksanakan  tanpa mempertimbangkan bahwa bulan ramadhan akan dimulai bulan april dan berakhir pada awal Mei, dan Kebanyakan orang tua juga sedang mempersiapkan ujian kenaikan kelas serta ujian SMP dan SMA. Sementara study tour akan dilaksanakan dua minggu setelah hari raya idul fitri. 


Kenapa ketika rapat tidak mengajukan banding? Namanya juga rapat dadakan, pikiran kami sudah melayang jauh memikirkan biaya dan lain sebagainya. Boro-boro ingat bahwa pelaksanaannya dua minggu setelah lebaran. 


Namun kenyataannya banyak orangtua yang tidak akan mengikuti kegiatan study tour  karena kondisi finansial sedang tidak baik-baik saja dan ada juga dikarenakan anak/wali sakit. 


Hal ini dikarenakan sebagian besar orang tua murid adalah pekerja pabrik yang banyak mengalami  kasus PHK sepihak dan sebagian lain dirumahkan hingga waktu tak terbatas. Sebagian orangtua lain yang merupakan pelaku usaha mikro mengalami degradasi usaha karena resesi ekonomi. 


Uang  tabungan dan THR pun terkuras habis untuk kegiatan selama bulan ramadhan dan mudik sementara tabungan sekolah untuk piknik belum memenuhi target biaya study tour.


Hal ini membuat  orang tua kembali berfikir, 

apakah uang tabungan di sekolah atau yang sudah dialokasikan untuk study tour akan digunakan saja untuk biaya daftar ulang PAUD/TK dan biaya  kenaikan kelas sang kakak? 

Bagaimana dengan biaya membeli peralatan sekolah, seragam baru dan tentu saja sepatu baru? Pusing tujuh keliling bukan?


Hal ini tentu menjadi pertimbangan para orangtua bukan?


Akhirnya  kebanyakan orangtua yang memiliki dua hingga tiga anak yang akan naik kelas bahkan naik ke jenjang SMP dan SMA tidak turut serta kegiatan piknik anak mereka yang masih di TK yang dalam hal ini adalah teman anak bungsu saya.


Jumlah siswa yang tidak ikut piknik gak tanggung-tanggung, hampir setengah dari jumlah siswa keseluruhan TK. Seakan-akan para orangtua ini kompakan layaknya demo untuk gak ikutan piknik, padahal gak gitu juga. Emang murni karena masalah biaya. 


Sementara saya, tidak bisa ikut piknik bukan dikarenakan kendala  biaya melainkan karena saya harus menjalani operasi gigi bungsu geraham sehari sebelum hari keberangkatan study tour. Jadi ini murni di luar kehendak dan perencanaan. Karena saya sudah menabung jauh-jauh hari dengan besaran lumayan agar anak bisa ikut piknik, acara pentas seni dan membayar daftar ulang ke kelas B.


Respon  Pihak Sekolah di Luar Harapan


Pihak sekolah, karena sudah confidence semua siswa akan ikut study tour, pesan lah bus dua minggu sebelum keberangkatan tanpa membuat daftar pasti berapa jumlah siswa yang akan ikut study tour. Tanpa memberikan surat edaran kepada orang tua mengenai detail kegiatan, detail biaya dan tanda tangan persetujuan. Tanpa ada aba-aba. 


Hasilnya? kepala sekolah kecewa  karena program study tour yang beliau rencanakan gagal. Menurut saya, gagalnya study tour bukan karena tidak ikutnya sebagian besar murid, melainkan perancanaan yang kurang matang dan terburu-buru. 


Bagi saya sendiri, permasalahan ini bukan karena kekecewaan harus membayar uang transportasi 70 ribu, namun tidak ada empati dan simpati dari kepala sekolah terkait berbagai alasan orangtua mengapa tidak bisa ikut study tour. Kepala sekolah hanya menjawab, 


“ Harusnya semua anak ikut, kan sudah disepakati bersama. Kalau ada masalah dengan keuangan, dan pihak sekolah sudah mengupayakan supaya tidak memberatkan... Dengan adanya tabungan wajib dan sukarela...Kalau pun ada hal lain berhubungan dengan kesehatan atau lainnya... Qodarullah, mungkin manusia hanya bisa berencana...Bis sudah di booking, karena kebetulan kemarin susah banget nyari bis, pada penuh, ada yg kosong, tp budget nya besar... Jadi pas ada yg cocok langsung DP, da saya kira mau pada ikut, dan anggaran bis bakal ke tutup...Buat yg gak ikut, biar adil ke semuanya dan biar nambahin anggaran bis... Ada biaya pembebenan 70.000 “


itu saja. Tanpa ada jawaban, “ oh iya gak apa -apa Bu, semoga tahun depan bisa ikut ya dan kita bisa menabung biaya study tour sejak tahun pertama”


Juga tak ada jawaban simpati kepada orang tua yang sedang sakit atau anaknya yang harus menjalani operasi semisal “semoga lekas sembuh ya, semoga tahun depan diberikan kesehatan dan kelancaran rezeki agar bisa ikut study tour”


Jika respon kepsek lebih tenang seperti contoh diatas, kan adem ya dengernya, dan orang tua pasti tidak akan terlalu kecewa. Bayar penalti? Gak akan jadi masalah. Dengan ikhlas kami pasti akan membayar dan merelakan. Tidak seperti sekarang, membaya tapi dengan keluh kesah dan hati kecewa.  


Bahkan terdengar desas - desus bahwa kepala sekolah menyatakan bahwa orang tua yang tidak ikut study tour kompakan. Tidak hanya itu, kepala sekolah bahkan menceritakan perihal kekecewaannya kepada orang tua yang ikut study tour, tetangga dan sanak saudara.


Wah, ini agak berlebihan ya. Terlihat tidak ada kebijaksanaan sama sekali dan, kasus ini menjadi masalah yang cukup besar meski pada akhirnya study tour tetap dilaksanakan. 


Tersiar Kabar Masalah Study Tour PAUD/TK hingga Luar Sekolah


Saya kesal? Ya! Karena tidak adanya simpati, empati dan ketidakharusan kepala sekolah menyatakan rasa kecewanya pada sanak saudara dan orang tua murid yang ikut study tour. Sementara si orang tua ini gak bisa tutup mulut, diceritakanlah perihal kecewanya kepsek kepada orang tua yang gak ikut study tour.

Kesal saya semakin menjadi! Saya pun wapri kepsek dan meminta detail biaya study tour. Rupanya kesal saya gak hanya akibat tidak adanya simpati dari kepsek dan gosip yang beredar diluar sana terkait orang tua yang berlebihan karena enggan membayar 70ribu.

Akhirnya rasa ketidakadilan saya rasakan. Saya mau kok bayar 70ribu, gak masalah! tinggal bayar aja. Tapi kenapa masalah ini jadi melebar kemana-mana sampai orang luar lembaga tahu dan bergosip mengenai hal ini. Parahnya, yang disalahkan adalah orang tua yang tidak ikut study tour dan korbannya adalah kepala skeolah.
Gosip dan omongan yang beredar sama, seperti ini :

"Apa susahnya sih bayar 70 ribu aja? itu bahkan gak setengahnya dari biaya study tour loh?" ucap salah satu ibu-ibu orang tua SD

"Kasian tuh kepala sekolah sampai badannya kecil karena stress mikirin ibu-ibu yang gak bisa ikut study tour. Malahan, kepsek ngeluarin uang sendiri gak tau berapa ratus ribu buat nombokin!!!" lanjutnya.


Masyaallah!! Saya gemas luar biasa dan gak habis pikir. Ini kok bisa sampai nyebar keluar lembaga PAUD/TK sih, ember sekali ini mulut entah siapa yaaa. Saya gak berani berasumsi atau menuduh si A, B dan Z.

Intinya, spekulasi mulai menjalar diluar sana dan yang disalahkan adalah kami orang tua/wali yang gak ikut study tour dan kepsek adalah korbannya. Padahal intinya bukan masalah membayar penalti saja, tapi respon dan keterbukaan kepsek terhadap masalah ini.

Ya begitulah dilema ibu-ibu di sekolah ya Mom, gak semua bisa paham dan mengerti. Kadang hanya mendengar kabar sebagian lalu bergosip berlebihan hingga melampaui faktanya atau jadi bahan gosip obrolan ringan padahal gak tau asal muasalnya. Bergosip ringan sambil menunggu anak pulang sekolah tanpa menyadari bahayanya menggosip tanpa dasar fakta yang jelas.

Miris sih, sekolah ada juga drama begini nya ya. Emang paling betul udah jadi rakyat biasa aja sih, antar anak ke sekolah, jemput dan beresin uang kas dan iuran les selama satu tahun ke bendahara kelas dan kalau ada apa-apa hubungannya langsung dengan walik kelas. Aman!

Bukan gak mau berinteraksi, yaaa ala kadarnya saja kecuali yang memang satu frekuensi yaaa. Gak juga yang harus segala bring kadieu bring kaditu gitu loh (ikut kesana dan kesini). Mending kerja sih, hahahaha.

Memang sih, ibu-ibu bisa jadi jalur dan lahan bisnis, tapi saya bukan tipe person seperti itu, jadi memang gak cocok yaaa.

Terbesit keinginan untuk pindah lembaga PAUD/TK saja, mengingat si bungsu masih ada jatah 1 tahun lagi untuk sekolah TK sebelum masuk SD tahun depan. Namun jika pindah lembaga maka biaya yang harus dikeluarkan tentu lebih besar bukan? Karena dengan melanjutkan di lembaga PAUD/TK sekarang hanya perlu membayar biaya daftar ulang saja.


Respon Defensif  Kepala Sekolah


Namun karena saya masih kesal, saya meminta detail pengeluaran dan pemasukan kegiatan study tour. Namun hal ini pun menjadi masalah berkepanjangan. Dengan meratap sedih dan menangis di depan perwakilan orangtua wali yang beliau ajak untuk berbagi informasi detail biaya study tour, beliau menyatakan, 


“ Selama 23 tahun saya menjadi kepala sekolah, baru kali ini ada orang tua yang meminta detial biaya study tour”


Whaatt??? Tetiba akal logis saya bangkit dan berfikir, 


“Ini kepala sekolah cara berfikir dan kerja nya gimana sih?" Hal  yang wajar jika orang tua meminta rincian dan detail kegiatan study tour terlebih ada uang penalti yang harus kami bayar. Lantas uang kami yang jumlanya tidak sedikit jika digabungkan, dialokasikan kemana?


Gimana menurut Mom? Hal yang wajar bukan?


Lagipula aneh rasanya, ketika ada orang tua yang protes mengenai hal ini dan acara study tour menurutnya gagal, hal yang dilakukan kepala sekolah pertama kali ada respon negatif bukan evaluasi. 


Mengapa orang tua tidak mengikut sertakan anaknya? Salahnya dimana ya? Apa yang harus dilakukan agar tahun depan study tour bisa berjalan lancar dan semua anak bisa ikut?


Mungkin cara berfikir dan bertindak saya dan kepala sekolah memang berbeda. Saya yang biasa terorganisir, terstuktur dengan detail dan perencanaan dan tangung jawab terkait laporan mengingat pernah bekerja diperusahaan sebagai survervisor cukup lama, bertemu kasus seperti ini agak aneh jadinya.


Saya gak biasa seperti ini bahkan setelah bekerja freelancer sekarang dimana saya lebih disiplin dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan dibanding sebelumnya, karena nama saya sebagai freelancer dimata klien dan agensi taruhannya. 


Sementara cara kerja lembaga berbeda dengan perusahaan meski sama-sama menjabat sebagai pimpinan. Namun bagi saya sama saja, bedanya kalau di perusahaan saya punya atasan Kepala Divisi sementara di sekolah, pimpinan kepala sekolah bertanggung jawab kepada  DIKNAS tentu saja dan juga orang tua murid.


Logikanya? lembaga PAUD/TK yang notabene bukan sekolah negeri tentu membutuhkan biaya operasional dari orang tua murid bukan? Secara tidak langsung orang tua murid lah pimpinan kepala sekolah dimana kepala sekolah punya tanggung jawab dan kewajiban memberikan layanan terbaik serta  informasi lengkap mengenai KBM. 


Tindakan apapun yang dilakukan kepala sekolah, akan berimbas terhadap kredibilitas sekolah itu sendiri. Kekecewaan orangtua terhadap kebijakan kepala sekolah akan berimbas terhadap nama baik sekolah. Bukan hal yang tidak mungkin jika orangtua yang kecewa tersebut, tidak merekomendasikan lembaga PAUD/TK tersebut kepada siapapun yang mereka kenal terlebih kepada orang tua yang hendak menyekolahkan anaknya ke PAUD/TK. 


Cukup riskan bukan?


Detail Rincian Biaya Study Tour, Oh ternyata


Pada akhirnya detail biaya kegiatan study tour pun keluar dan dari catatan tersebut saya melihat, tidak ada tuh biaya NOMBOK yang harus dikeluarkan oleh pihak sekolah. Malahan, uang penalti dari anak yang tidak ikut dialokasikan ke hal- hal diluar perencanaan yang dibahas pada rapat sebelumya seperti biaya bensin, biaya pak ogah, biaya driver, makan guru, snack anak, sewa gazebo dan bensin kendaraan pribadi kepala sekolah.


Wah-wah….saya gak berhenti berdecak kagum saking gemasnya. Kepala sekolah bawa kendaraan pribadi dan orangtua yang harus bayar bensinya? Ini gimana sih konsepnya? Padahal kursi bis kosong loh.


Lantas, jika tidak ada uang penalti, semua biaya tersebut diatas berasal darimana? karena rincian biaya study tour yang dikeluarkan sekolah hanya include tiket masuk dan sewa bis saja? Kan lucu. 


Hal-hal seperti ini memang agak sensitif ya. Apakah biaya study tour guru dibebankan kepada orang tua? Termasuk biaya makan dan transportasi? Enak dong guru nya bisa study tour bebas biaya termasuk bisa bawa anak dan anggota keluarga lainnya secara gratis? Ini study tour untuk kepentingan anak atau kesempatan piknik bebas biaya?


Tapi, saya anggap guru tidak perlu  membayar biaya study tour mengingat mereka adalah tim pengawas dan pengajar. So, its oke yaaa masih dalam tahap wajar dan lumrah. 


Namun jika jumlah guru yang ikut hingga lima orang, belum termasuk anak guru juga turut serta, belum termasuk suami atau nenek.....waahh ini gimana ya? Apakah gratis juga? Karena nyatanya, kegiatan study tour kemarin ada guru yang membawa dua anak bahkan dengan neneknya dan kabarnya tidak membayar biaya apapun. Ini gimana gitu yaaa rasanya, lucu tapi bikin kesal, hahaha.


Karena saya malas membahas panjang lebar dengan kepala sekolah dimana beliau meminta jika ada orang tua yang ingin detail biaya bisa menghadap langsung, hal ini tidak saya lakukan. 


Karena ketika rapat dadakan terkait rapat informasi detail saja, saya selaku wakil POM tidak diundang. Saya pun chat langsung kepala sekolah dan bertanya, kenapa rapatnya mendadak dan kenapa tidak di share di grup? jawabannya cukup bikin saya kembali syok, 


“ Iya, perwakilan orang tua aja...Maaf itu udah kebijakan saya sebagai pemimpin di RA ini...Dengan berbagai pertimbangan...Mohon maaf kalau tidak berkenan .. 🙏🙏”


Atas nama kebijakan PEMPIMPIN sekolah, itulah jawaban beliau. Gemas ya? Dari chat saja sudah terlihat betapa kepala sekolah berusaha semaximal mungkin menjaga benteng pertahanan ego nya dan rasa tidak ingin dilangkahi sebagai kepala sekolah. Dengan kata lain, “sekolah-sekolah gue, ya suka-suka gue dong! Situ mau anak sekolan disini, manut aja deh sama rules sekolah”, so sad sih.


Ando so, masalah study tour ini tidak ada solusinya. Hanya saya yang emosi dan akhirnya masa bodo dengan kegiatan KBM tahun depan dan kepala sekolah yang berperan sebagai victim blaming


Padahal jika saya diajak secara halus untuk diskusi, saya ingin memaparkan ide dan masukan terkait kegiatan study tour tahun depan agar bisa berjalan dengan sukses. Tapi yaaa, sekarang saya masa bodo. Daripada saya kesal berkelanjutan, lebih baik saya tidak mengikut sertakan anak dalam kegiatan study tour tahun depan dan saya ajak secara mandiri anak menuju eduwisata bersama keluarga.


Liburan dengan teman? Bagi saya anak tidak terlalu membutuhkan hal itu terlebih di usia yang masih 6 tahun. Terlebih masih ada kegiatan outbound yang sifatnya wajib bukan? itu saja sudah cukup. 



Tips Agar Study Tour  Paud/TK Dapat Terlaksana Sesuai Harapan Lembaga


Dari pertanyaan diawal artikel, yaitu :

 

Benarkan kesepakatan ini adil?  Tidak adil dikarenakan tidak adanya perencanaan yang matang dan informasi detail terkait biaya study tour

Mengapa anak yang tidak ikut study tour harus tetap membayar “penalti” uang transport?  Sebetulnya anak yang tidak ikut study tour tidak perlu membayar penalti. Karena logikanya, masa gak ikut tetap bayar? Oleh sebab itu, pastikan terlebih dahulu jumlah  anak yang ikut study tour sebelum booking  bis. Sehingga, sekolah tidak perlu mengeluarkan uang untuk menutupi kekurangan biaya operasional study tour. 


Lagipula, kalau anak yang tidak ikut tetap bayar bukankan hal ini menjadikan study tour sifatnya wajib? 


Sementara pihak DIKNAS tidak mewajibkan kegiatan study tour di lembaga pendidikan manapun dan jenjang apapun untuk dilaksanakan. Kegiatan study tour adalah kegiatan yang dilakukan sekolah atas berbagai pertimbangan  manfaat untuk perkembangan dan pembelajaran anak. Namun siaftanya tidak wajib.


Sebetulnya, dari berbagai kasus tidak ikutnya  study tour namun tetap harus bayar termasuk yang terjadi di lembaga PAUD/TK dimana anak saya sekolah mengindikasikan bahwa kegiatan study tour dilakukan dengan perencanaan yang kurang matang dari pihak sekolah. Juga, budaya study tour yang sudah turun temurun terjadi dimana anak yang tidak ikut tetap bayar transportasi. Masalah seperti ini tidak boleh berlanjut. Terlebih pernah ada kasus kriminal yang terjadi gara-gara anak tidak ikut study tour. Ngeri bukan?


Hal seperti ini sebetulnya tidak akan terjadi, selama sekolah melakukan hal-hal dibawah ini : 


  1. Buat perencanaan study tour sejak awal semester dan buka tabungan khusus sejak semester satu
  2. Jangan buat jadwal study tour pasca perayaan hari besar keaagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri atau Natal karena sudah bisa dipastikan kondisi finansial orangtua yang menipis hingga habis karena digunakan selama perayaan keagamaan.
  3. Lokasi study tour sebaiknya dalam kota saja untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti sakit pasca study tour dan tentu saja agar biaya study tour tidak terlalu besar
  4. Lokasi study tour dalam kota juga banyak yang potensial, tinggal di gali dan dipilih saja
  5. Buat surat edaran resmi berisi informasi kegiatan acara, detail biaya dan tanda tangan persetujuan keikutsertanaan anak dari orang tua
  6. Pastikan daftar siswa yang ikut study tour sebulan sebelum jadwal keberangkatan.
  7. Jangan booking bus mendadak, tapi lakukan booking setelah jumlah pasti siswa yang akan mengikuti study tour sehingga baik orang tua dan pihak sekolah tidak akan mengalami kerugian finansial untuk menutupi kekurangan booking bus. 
  8. Meski situasi kacau dan diluar harapan, tetap humble dan tenang dalam menghadapi kekecewaan dan tetap melayani orang tua tanpa emosi berlebih


Evaluasi pihak orang tua : 


  1. Buat perencanaan biaya pendidikan dan kegiatan sekolah anak selama satu tahun kedepan
  2. Meski situasi ekonomi cukup sulit, paksakan diri untuk menabung minimal 5 ribu per hari yang dikhususkan untuk kegiatan study tour dan pentas seni juga perpisahan
  3. Jangan memberitahu informasi keikutsertaan mendadak, berikan informasi kepada pihak sekolah minimal satu bulan sebelum jadwal study tour. Sehingga pihak sekolah dapat memastikan jumlah transportasi dan ukuran transportasi yang akan digunakan


Tips agar study tour sukses dan lancar
Tips agar sudy tour sukses dan lancar



Beda Lembaga Beda Kebijakan, Jadilah Orangtua dan Kepala Sekolah yang Bijak Demi Perkembangan Anak


Beda lembaga tentu akan berbeda kebijakan termasuk mengenai kegiatan study tour. Di beberapa lembaga PAUD/TK mungkin biaya study tour sudah termasuk dalam biaya pendaftaran diawal masuk sekolah. Sehingga semua siswa PAUD/TK dapat mengikuti kegiatan study tour tanpa drama ikut tidak ikut tetap bayar. 


Terlebih bagi lembaga pendidikan PAUD/TK kategori bonafit dengan biaya pendidikan yang sesuai dengan kualitas pendidikan dan fasilitas terbaik serta lengkap. Perkara study tour ikut tidak ikut tidak akan menjadi masalah yang berarti. 


Namun bagi sebagian lembaga PAUD/TK lainnya yang berdiri secara independen dan  mengandalkan biaya operasional dari kemampuan finansial orang tua sepenuhnya tentu perihal study tour menjadi pertimbangan dan permasalahan yang cukup pelik. Terlebih jika lingkungan dimana lembaga tersebut berada dalam pemukiman dengan tingkat ekonomi masyarakat menengah kebawah. 


Meski demikian, study tour pada dasarnya merupakan kegiatan yang positif dan berguna bagi perkembangan psikologis dan motorik anak usia dini. Study tour juga menjadi media dan sarana belajar anak mengenal tempat bersejarah atau tempat dengan muatan edukasi seperti eduwisata serta memberikan pengalaman berharga yang tak akan dilupakan oleh anak-anak usia dini.


Kenangan yang akan selalu mereka ingat bahkan ketika mereka beranjak dewasa. 


Untuk itu, memang di butuhkan kebijaksanaan dari kedua belah pihak terutama pihak sekolah agar merencanakan dengan matang kegiatan study tour sehingga perihal ikut tidak ikut tetap bayar tidak lagi terjadi. Idealnya setiap anak bisa ikut kegiatan study tour, untuk itu jika memungkinan orangtua perlu menyiapkan dana khusus untuk kegiatan study tour dan disiapkan secara berkala. 


Namun jika anak tidak bisa ikut study tour karena orangtua/wali atau bahkan anak itu sendiri sakit? Tentu ini diluar kehendak dan persiapan yang sudah disiapkan sebelumnya ya. Namun jika memungkinkan untuk bisa ikut, mengapa tidak ya Mom? Bukankah kebahagiaan dan keceriaan anak  merupakan kebahagiaan orangtua dan sekolah  juga? 


quote study tour
quote study tour


Disinilah dibutuhkan peran kepala sekolah yang bijak, yang bisa merespon positif setiap permasalahan tanpa ada tindakan atau respon defensif yang sifatnya personal demi keberlangsungan lembaga itu sendiri. 


Saya pribadi berpendapat, tidak ada kewajiban bagi anak yang tidak ikut study tour untuk membayar setengah biaya study tour. Karena ibarat orang lain yang  jajan seblak, kita gak pesen tapi harus bayar.  Se-sederhana itu sih.


Saya berharap, tidak ada lagi kasus tidak ikut study tour anak tetap bayar. Karena memang hal ini memberatkan orang tua/wali bahkan tidak sedikit kasus kriminal terjadi akibat anak tidak bisa ikut stury tour. Entah dengan anak mencuri, orang tua melakukan tindak kekerasan kepada anak karena anak maksa ikut study tour sementara orang tua tidak mampu secara finansial. Mengerikan bukan? 


Menurut Mom/Dad gimana? Diskusi kecil yuk di kolom komentar :)