Kegiatan study tour di PAUD/TK merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan KBM sekolah yang bertujuan memberikan pengalaman yang baik terhadap anak, memperat bonding antar siswa dan siswa dengan guru serta sarana rekreasi dan edukasi.
Meski tidak semua lembaga PAUD/TK menjadikan study tour bagian dari kurikulum, tapi beberapa lembaga memasukan kegiatan study tour kedalam kurikulum dengan pertimbangan manfaatnya untuk perkembangan anak usia dini.
Namun dibalik segudang manfaat study tour untuk anak usia dini, terdapat perihal yang kerap menjadi dilema dan perbincangan cukup sengit diantara orang tua/wali yaitu biaya study tour yang harus dikeluarkan oleh anak yang tidak mengikuti kegiatan study tour.
Mengapa siswa yang tidak ikut study tour harus membayar setengah dari biaya study tour? Bukankah dengan demikian menjadikan kegiatan study tour bersifat wajib sementara sebagaimana kita tahu bahwa study tour tidak wajib?
Sebelum kegiatan study tour berlangsung, biasanya sekolah sebagai lembaga penyelanggara study tour mengadakan rapat POMG yang membahas kegiatan study tour yang akan dipaparkan oleh wali kelas atau kepala sekolah.
Selain rincian biaya, lokasi dan tempat serta waktu kegiatan biasanya juga disepakati ketentuan lain yaitu, “anak yang tidak ikut tetap membayar biaya transportasi” dengan alasan menutupi biaya sewa transportasi bus yang hanya ditanggung oleh siswa yang ikut study tour.
Hal - hal seperti inilah yang sering menjadi permasalahan hingga munculnya pertikaian antara orangtua dengan pihak sekolah. Seperti yang terjadi di beberapa lembaga pendidikan hingga menyebabkan masalah yang diangkat oleh media dan lembaga tersebut dikenai sanksi oleh Dinas Pendidikan setempat.
Bahkan jika Mom iseng berselancar di google, Mom akan menemukan beberapa berita terkait kekecewaan Orang Tua siswa yang tidak Ikut study tour Lantaran Tetap diPungut Biaya.
Contoh real-nya adalah pengalaman saya sendiri yang terjadi pada kegiatan study tour tahun ini di PAUD/TK dimana anak bungsu saya bersekolah. Begini ceritanya,
REALITA : Study Tour Paud/TK, Tidak ada solusi hanya drama berkepanjangan
Permasalahan yang dialami sebagian orang tua terkait membayar penalti study tour juga saya rasakan di lembaga PAUD/TK diaman anak bungsu saya sekolah.
Awalnya saya enggan mengangkat permasalahan ini mengingat nama baik sekolah, tapi atas pertimbangan bahwa masalah ini harus tetap diangkat demi keberlangsungan KBM anak selanjutnya, dengan tidak menyebutkan identitas lembaga saya tetap ingin menceritakan permasalahan yang terjadi dan realitanya dari sudut pandang orang tua/wali.
Semoga pengalaman saya, bisa menjadi pertimbangan orang tua ketika memilih lembaga PAUD/TK yang sesuai yang memiliki manajemen sekolah terstruktur, terbuka, bijaksana dan open minded terhadap saran serta kritikan dari orangtua/wali murid.
Awal Cerita Perencanaan Kegiatan Study Tour
Pada bulan Februari 2023, tanpa ada kabar sebelumnya, selesai kegiatan seminar dari lembaga yang menawarkan jasa psikotes kemampuan anak, kepala sekolah mengadakan rapat POMG secara mendadak.
Kami semua terkejut tentu saja, tapi tak ada pilihan selain mengikuti arahan dari kepala sekolah. Berbagai informasi kegiatan sekolah pun mulai dipaparkan, seperti kegiatan KBM hingga akhir semester, kegiatan study tour dan pentas seni.
Pihak sekolah menawarkan beberapa lokasi study tour dan akhirnya disepakati bahwa study tour akan dilaksanakan pada minggu kedua bulan Mei 2023 sementara pentas seni akan dilaksanakan satu bulan kemudian.
Masalah Biaya dan Pertimbangan Lainnya Orang Tua
Biaya study tour pun keluar yaitu 290rb ibu+anak dengan satu tempat duduk (anak duduk di pangkuan ibu). Jika ingin anak duduk terpisah, maka harus membayar biaya kursi sejumlah 70 ribu. Maka total biaya study tour adalah 340 ribu. Biaya ini belum termasuk snack, makan siang, bekal jajan dan membeli oleh-oleh yang jika diakumulasikan akan berjumlah sekitar 500 ribu rupiah.
Wow! Biaya yang tidak sedikit ya? Tentu saja mengingat lokasi study tour berada di luar kota.
Berdasarkan kebijakan sekolah, maka diadakanlah tabungan wajib sejak bulan Februari sejumlah Rp. 2000/hari agar begitu waktu piknik tiba orang tua tidak merasa terlalu berat membayar iuran piknik.
Orang tua pun sepakat “ insyaallah” akan mengikuti kegiatan study tour dan setuju tanpa pilihan dengan pernyataan dari pihak sekolah yaitu bagi yang tidak ikut study tour tetap harus membayar uang transport sejumlah 70 ribu.
Saya rasa kesepakatan ini sepihak ya, mengingat kegiatan study tour dilaksanakan tanpa mempertimbangkan bahwa bulan ramadhan akan dimulai bulan april dan berakhir pada awal Mei, dan Kebanyakan orang tua juga sedang mempersiapkan ujian kenaikan kelas serta ujian SMP dan SMA. Sementara study tour akan dilaksanakan dua minggu setelah hari raya idul fitri.
Kenapa ketika rapat tidak mengajukan banding? Namanya juga rapat dadakan, pikiran kami sudah melayang jauh memikirkan biaya dan lain sebagainya. Boro-boro ingat bahwa pelaksanaannya dua minggu setelah lebaran.
Namun kenyataannya banyak orangtua yang tidak akan mengikuti kegiatan study tour karena kondisi finansial sedang tidak baik-baik saja dan ada juga dikarenakan anak/wali sakit.
Hal ini dikarenakan sebagian besar orang tua murid adalah pekerja pabrik yang banyak mengalami kasus PHK sepihak dan sebagian lain dirumahkan hingga waktu tak terbatas. Sebagian orangtua lain yang merupakan pelaku usaha mikro mengalami degradasi usaha karena resesi ekonomi.
Uang tabungan dan THR pun terkuras habis untuk kegiatan selama bulan ramadhan dan mudik sementara tabungan sekolah untuk piknik belum memenuhi target biaya study tour.
Hal ini membuat orang tua kembali berfikir,
apakah uang tabungan di sekolah atau yang sudah dialokasikan untuk study tour akan digunakan saja untuk biaya daftar ulang PAUD/TK dan biaya kenaikan kelas sang kakak?
Bagaimana dengan biaya membeli peralatan sekolah, seragam baru dan tentu saja sepatu baru? Pusing tujuh keliling bukan?
Hal ini tentu menjadi pertimbangan para orangtua bukan?
Akhirnya kebanyakan orangtua yang memiliki dua hingga tiga anak yang akan naik kelas bahkan naik ke jenjang SMP dan SMA tidak turut serta kegiatan piknik anak mereka yang masih di TK yang dalam hal ini adalah teman anak bungsu saya.
Jumlah siswa yang tidak ikut piknik gak tanggung-tanggung, hampir setengah dari jumlah siswa keseluruhan TK. Seakan-akan para orangtua ini kompakan layaknya demo untuk gak ikutan piknik, padahal gak gitu juga. Emang murni karena masalah biaya.
Sementara saya, tidak bisa ikut piknik bukan dikarenakan kendala biaya melainkan karena saya harus menjalani operasi gigi bungsu geraham sehari sebelum hari keberangkatan study tour. Jadi ini murni di luar kehendak dan perencanaan. Karena saya sudah menabung jauh-jauh hari dengan besaran lumayan agar anak bisa ikut piknik, acara pentas seni dan membayar daftar ulang ke kelas B.
Respon Pihak Sekolah di Luar Harapan
Pihak sekolah, karena sudah confidence semua siswa akan ikut study tour, pesan lah bus dua minggu sebelum keberangkatan tanpa membuat daftar pasti berapa jumlah siswa yang akan ikut study tour. Tanpa memberikan surat edaran kepada orang tua mengenai detail kegiatan, detail biaya dan tanda tangan persetujuan. Tanpa ada aba-aba.
Hasilnya? kepala sekolah kecewa karena program study tour yang beliau rencanakan gagal. Menurut saya, gagalnya study tour bukan karena tidak ikutnya sebagian besar murid, melainkan perancanaan yang kurang matang dan terburu-buru.
Bagi saya sendiri, permasalahan ini bukan karena kekecewaan harus membayar uang transportasi 70 ribu, namun tidak ada empati dan simpati dari kepala sekolah terkait berbagai alasan orangtua mengapa tidak bisa ikut study tour. Kepala sekolah hanya menjawab,
“ Harusnya semua anak ikut, kan sudah disepakati bersama. Kalau ada masalah dengan keuangan, dan pihak sekolah sudah mengupayakan supaya tidak memberatkan... Dengan adanya tabungan wajib dan sukarela...Kalau pun ada hal lain berhubungan dengan kesehatan atau lainnya... Qodarullah, mungkin manusia hanya bisa berencana...Bis sudah di booking, karena kebetulan kemarin susah banget nyari bis, pada penuh, ada yg kosong, tp budget nya besar... Jadi pas ada yg cocok langsung DP, da saya kira mau pada ikut, dan anggaran bis bakal ke tutup...Buat yg gak ikut, biar adil ke semuanya dan biar nambahin anggaran bis... Ada biaya pembebenan 70.000 “
itu saja. Tanpa ada jawaban, “ oh iya gak apa -apa Bu, semoga tahun depan bisa ikut ya dan kita bisa menabung biaya study tour sejak tahun pertama”
Juga tak ada jawaban simpati kepada orang tua yang sedang sakit atau anaknya yang harus menjalani operasi semisal “semoga lekas sembuh ya, semoga tahun depan diberikan kesehatan dan kelancaran rezeki agar bisa ikut study tour”
Jika respon kepsek lebih tenang seperti contoh diatas, kan adem ya dengernya, dan orang tua pasti tidak akan terlalu kecewa. Bayar penalti? Gak akan jadi masalah. Dengan ikhlas kami pasti akan membayar dan merelakan. Tidak seperti sekarang, membaya tapi dengan keluh kesah dan hati kecewa.
Bahkan terdengar desas - desus bahwa kepala sekolah menyatakan bahwa orang tua yang tidak ikut study tour kompakan. Tidak hanya itu, kepala sekolah bahkan menceritakan perihal kekecewaannya kepada orang tua yang ikut study tour, tetangga dan sanak saudara.
Wah, ini agak berlebihan ya. Terlihat tidak ada kebijaksanaan sama sekali dan, kasus ini menjadi masalah yang cukup besar meski pada akhirnya study tour tetap dilaksanakan.
Tersiar Kabar Masalah Study Tour PAUD/TK hingga Luar Sekolah
Respon Defensif Kepala Sekolah
Namun karena saya masih kesal, saya meminta detail pengeluaran dan pemasukan kegiatan study tour. Namun hal ini pun menjadi masalah berkepanjangan. Dengan meratap sedih dan menangis di depan perwakilan orangtua wali yang beliau ajak untuk berbagi informasi detail biaya study tour, beliau menyatakan,
“ Selama 23 tahun saya menjadi kepala sekolah, baru kali ini ada orang tua yang meminta detial biaya study tour”
Whaatt??? Tetiba akal logis saya bangkit dan berfikir,
“Ini kepala sekolah cara berfikir dan kerja nya gimana sih?" Hal yang wajar jika orang tua meminta rincian dan detail kegiatan study tour terlebih ada uang penalti yang harus kami bayar. Lantas uang kami yang jumlanya tidak sedikit jika digabungkan, dialokasikan kemana?
Gimana menurut Mom? Hal yang wajar bukan?
Lagipula aneh rasanya, ketika ada orang tua yang protes mengenai hal ini dan acara study tour menurutnya gagal, hal yang dilakukan kepala sekolah pertama kali ada respon negatif bukan evaluasi.
Mengapa orang tua tidak mengikut sertakan anaknya? Salahnya dimana ya? Apa yang harus dilakukan agar tahun depan study tour bisa berjalan lancar dan semua anak bisa ikut?
Mungkin cara berfikir dan bertindak saya dan kepala sekolah memang berbeda. Saya yang biasa terorganisir, terstuktur dengan detail dan perencanaan dan tangung jawab terkait laporan mengingat pernah bekerja diperusahaan sebagai survervisor cukup lama, bertemu kasus seperti ini agak aneh jadinya.
Saya gak biasa seperti ini bahkan setelah bekerja freelancer sekarang dimana saya lebih disiplin dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan dibanding sebelumnya, karena nama saya sebagai freelancer dimata klien dan agensi taruhannya.
Sementara cara kerja lembaga berbeda dengan perusahaan meski sama-sama menjabat sebagai pimpinan. Namun bagi saya sama saja, bedanya kalau di perusahaan saya punya atasan Kepala Divisi sementara di sekolah, pimpinan kepala sekolah bertanggung jawab kepada DIKNAS tentu saja dan juga orang tua murid.
Logikanya? lembaga PAUD/TK yang notabene bukan sekolah negeri tentu membutuhkan biaya operasional dari orang tua murid bukan? Secara tidak langsung orang tua murid lah pimpinan kepala sekolah dimana kepala sekolah punya tanggung jawab dan kewajiban memberikan layanan terbaik serta informasi lengkap mengenai KBM.
Tindakan apapun yang dilakukan kepala sekolah, akan berimbas terhadap kredibilitas sekolah itu sendiri. Kekecewaan orangtua terhadap kebijakan kepala sekolah akan berimbas terhadap nama baik sekolah. Bukan hal yang tidak mungkin jika orangtua yang kecewa tersebut, tidak merekomendasikan lembaga PAUD/TK tersebut kepada siapapun yang mereka kenal terlebih kepada orang tua yang hendak menyekolahkan anaknya ke PAUD/TK.
Cukup riskan bukan?
Detail Rincian Biaya Study Tour, Oh ternyata
Pada akhirnya detail biaya kegiatan study tour pun keluar dan dari catatan tersebut saya melihat, tidak ada tuh biaya NOMBOK yang harus dikeluarkan oleh pihak sekolah. Malahan, uang penalti dari anak yang tidak ikut dialokasikan ke hal- hal diluar perencanaan yang dibahas pada rapat sebelumya seperti biaya bensin, biaya pak ogah, biaya driver, makan guru, snack anak, sewa gazebo dan bensin kendaraan pribadi kepala sekolah.
Wah-wah….saya gak berhenti berdecak kagum saking gemasnya. Kepala sekolah bawa kendaraan pribadi dan orangtua yang harus bayar bensinya? Ini gimana sih konsepnya? Padahal kursi bis kosong loh.
Lantas, jika tidak ada uang penalti, semua biaya tersebut diatas berasal darimana? karena rincian biaya study tour yang dikeluarkan sekolah hanya include tiket masuk dan sewa bis saja? Kan lucu.
Hal-hal seperti ini memang agak sensitif ya. Apakah biaya study tour guru dibebankan kepada orang tua? Termasuk biaya makan dan transportasi? Enak dong guru nya bisa study tour bebas biaya termasuk bisa bawa anak dan anggota keluarga lainnya secara gratis? Ini study tour untuk kepentingan anak atau kesempatan piknik bebas biaya?
Tapi, saya anggap guru tidak perlu membayar biaya study tour mengingat mereka adalah tim pengawas dan pengajar. So, its oke yaaa masih dalam tahap wajar dan lumrah.
Namun jika jumlah guru yang ikut hingga lima orang, belum termasuk anak guru juga turut serta, belum termasuk suami atau nenek.....waahh ini gimana ya? Apakah gratis juga? Karena nyatanya, kegiatan study tour kemarin ada guru yang membawa dua anak bahkan dengan neneknya dan kabarnya tidak membayar biaya apapun. Ini gimana gitu yaaa rasanya, lucu tapi bikin kesal, hahaha.
Karena saya malas membahas panjang lebar dengan kepala sekolah dimana beliau meminta jika ada orang tua yang ingin detail biaya bisa menghadap langsung, hal ini tidak saya lakukan.
Karena ketika rapat dadakan terkait rapat informasi detail saja, saya selaku wakil POM tidak diundang. Saya pun chat langsung kepala sekolah dan bertanya, kenapa rapatnya mendadak dan kenapa tidak di share di grup? jawabannya cukup bikin saya kembali syok,
“ Iya, perwakilan orang tua aja...Maaf itu udah kebijakan saya sebagai pemimpin di RA ini...Dengan berbagai pertimbangan...Mohon maaf kalau tidak berkenan .. 🙏🙏”
Atas nama kebijakan PEMPIMPIN sekolah, itulah jawaban beliau. Gemas ya? Dari chat saja sudah terlihat betapa kepala sekolah berusaha semaximal mungkin menjaga benteng pertahanan ego nya dan rasa tidak ingin dilangkahi sebagai kepala sekolah. Dengan kata lain, “sekolah-sekolah gue, ya suka-suka gue dong! Situ mau anak sekolan disini, manut aja deh sama rules sekolah”, so sad sih.
Ando so, masalah study tour ini tidak ada solusinya. Hanya saya yang emosi dan akhirnya masa bodo dengan kegiatan KBM tahun depan dan kepala sekolah yang berperan sebagai victim blaming.
Padahal jika saya diajak secara halus untuk diskusi, saya ingin memaparkan ide dan masukan terkait kegiatan study tour tahun depan agar bisa berjalan dengan sukses. Tapi yaaa, sekarang saya masa bodo. Daripada saya kesal berkelanjutan, lebih baik saya tidak mengikut sertakan anak dalam kegiatan study tour tahun depan dan saya ajak secara mandiri anak menuju eduwisata bersama keluarga.
Liburan dengan teman? Bagi saya anak tidak terlalu membutuhkan hal itu terlebih di usia yang masih 6 tahun. Terlebih masih ada kegiatan outbound yang sifatnya wajib bukan? itu saja sudah cukup.
Tips Agar Study Tour Paud/TK Dapat Terlaksana Sesuai Harapan Lembaga
Dari pertanyaan diawal artikel, yaitu :
Benarkan kesepakatan ini adil? Tidak adil dikarenakan tidak adanya perencanaan yang matang dan informasi detail terkait biaya study tour
Mengapa anak yang tidak ikut study tour harus tetap membayar “penalti” uang transport? Sebetulnya anak yang tidak ikut study tour tidak perlu membayar penalti. Karena logikanya, masa gak ikut tetap bayar? Oleh sebab itu, pastikan terlebih dahulu jumlah anak yang ikut study tour sebelum booking bis. Sehingga, sekolah tidak perlu mengeluarkan uang untuk menutupi kekurangan biaya operasional study tour.
Lagipula, kalau anak yang tidak ikut tetap bayar bukankan hal ini menjadikan study tour sifatnya wajib?
Sementara pihak DIKNAS tidak mewajibkan kegiatan study tour di lembaga pendidikan manapun dan jenjang apapun untuk dilaksanakan. Kegiatan study tour adalah kegiatan yang dilakukan sekolah atas berbagai pertimbangan manfaat untuk perkembangan dan pembelajaran anak. Namun siaftanya tidak wajib.
Sebetulnya, dari berbagai kasus tidak ikutnya study tour namun tetap harus bayar termasuk yang terjadi di lembaga PAUD/TK dimana anak saya sekolah mengindikasikan bahwa kegiatan study tour dilakukan dengan perencanaan yang kurang matang dari pihak sekolah. Juga, budaya study tour yang sudah turun temurun terjadi dimana anak yang tidak ikut tetap bayar transportasi. Masalah seperti ini tidak boleh berlanjut. Terlebih pernah ada kasus kriminal yang terjadi gara-gara anak tidak ikut study tour. Ngeri bukan?
Hal seperti ini sebetulnya tidak akan terjadi, selama sekolah melakukan hal-hal dibawah ini :
- Buat perencanaan study tour sejak awal semester dan buka tabungan khusus sejak semester satu
- Jangan buat jadwal study tour pasca perayaan hari besar keaagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri atau Natal karena sudah bisa dipastikan kondisi finansial orangtua yang menipis hingga habis karena digunakan selama perayaan keagamaan.
- Lokasi study tour sebaiknya dalam kota saja untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti sakit pasca study tour dan tentu saja agar biaya study tour tidak terlalu besar
- Lokasi study tour dalam kota juga banyak yang potensial, tinggal di gali dan dipilih saja
- Buat surat edaran resmi berisi informasi kegiatan acara, detail biaya dan tanda tangan persetujuan keikutsertanaan anak dari orang tua
- Pastikan daftar siswa yang ikut study tour sebulan sebelum jadwal keberangkatan.
- Jangan booking bus mendadak, tapi lakukan booking setelah jumlah pasti siswa yang akan mengikuti study tour sehingga baik orang tua dan pihak sekolah tidak akan mengalami kerugian finansial untuk menutupi kekurangan booking bus.
- Meski situasi kacau dan diluar harapan, tetap humble dan tenang dalam menghadapi kekecewaan dan tetap melayani orang tua tanpa emosi berlebih
Evaluasi pihak orang tua :
- Buat perencanaan biaya pendidikan dan kegiatan sekolah anak selama satu tahun kedepan
- Meski situasi ekonomi cukup sulit, paksakan diri untuk menabung minimal 5 ribu per hari yang dikhususkan untuk kegiatan study tour dan pentas seni juga perpisahan
- Jangan memberitahu informasi keikutsertaan mendadak, berikan informasi kepada pihak sekolah minimal satu bulan sebelum jadwal study tour. Sehingga pihak sekolah dapat memastikan jumlah transportasi dan ukuran transportasi yang akan digunakan
![]() |
Tips agar sudy tour sukses dan lancar |
Beda Lembaga Beda Kebijakan, Jadilah Orangtua dan Kepala Sekolah yang Bijak Demi Perkembangan Anak
Beda lembaga tentu akan berbeda kebijakan termasuk mengenai kegiatan study tour. Di beberapa lembaga PAUD/TK mungkin biaya study tour sudah termasuk dalam biaya pendaftaran diawal masuk sekolah. Sehingga semua siswa PAUD/TK dapat mengikuti kegiatan study tour tanpa drama ikut tidak ikut tetap bayar.
Terlebih bagi lembaga pendidikan PAUD/TK kategori bonafit dengan biaya pendidikan yang sesuai dengan kualitas pendidikan dan fasilitas terbaik serta lengkap. Perkara study tour ikut tidak ikut tidak akan menjadi masalah yang berarti.
Namun bagi sebagian lembaga PAUD/TK lainnya yang berdiri secara independen dan mengandalkan biaya operasional dari kemampuan finansial orang tua sepenuhnya tentu perihal study tour menjadi pertimbangan dan permasalahan yang cukup pelik. Terlebih jika lingkungan dimana lembaga tersebut berada dalam pemukiman dengan tingkat ekonomi masyarakat menengah kebawah.
Meski demikian, study tour pada dasarnya merupakan kegiatan yang positif dan berguna bagi perkembangan psikologis dan motorik anak usia dini. Study tour juga menjadi media dan sarana belajar anak mengenal tempat bersejarah atau tempat dengan muatan edukasi seperti eduwisata serta memberikan pengalaman berharga yang tak akan dilupakan oleh anak-anak usia dini.
Kenangan yang akan selalu mereka ingat bahkan ketika mereka beranjak dewasa.
Untuk itu, memang di butuhkan kebijaksanaan dari kedua belah pihak terutama pihak sekolah agar merencanakan dengan matang kegiatan study tour sehingga perihal ikut tidak ikut tetap bayar tidak lagi terjadi. Idealnya setiap anak bisa ikut kegiatan study tour, untuk itu jika memungkinan orangtua perlu menyiapkan dana khusus untuk kegiatan study tour dan disiapkan secara berkala.
Namun jika anak tidak bisa ikut study tour karena orangtua/wali atau bahkan anak itu sendiri sakit? Tentu ini diluar kehendak dan persiapan yang sudah disiapkan sebelumnya ya. Namun jika memungkinkan untuk bisa ikut, mengapa tidak ya Mom? Bukankah kebahagiaan dan keceriaan anak merupakan kebahagiaan orangtua dan sekolah juga?
![]() |
quote study tour |
Disinilah dibutuhkan peran kepala sekolah yang bijak, yang bisa merespon positif setiap permasalahan tanpa ada tindakan atau respon defensif yang sifatnya personal demi keberlangsungan lembaga itu sendiri.
Saya pribadi berpendapat, tidak ada kewajiban bagi anak yang tidak ikut study tour untuk membayar setengah biaya study tour. Karena ibarat orang lain yang jajan seblak, kita gak pesen tapi harus bayar. Se-sederhana itu sih.
Saya berharap, tidak ada lagi kasus tidak ikut study tour anak tetap bayar. Karena memang hal ini memberatkan orang tua/wali bahkan tidak sedikit kasus kriminal terjadi akibat anak tidak bisa ikut stury tour. Entah dengan anak mencuri, orang tua melakukan tindak kekerasan kepada anak karena anak maksa ikut study tour sementara orang tua tidak mampu secara finansial. Mengerikan bukan?
Menurut Mom/Dad gimana? Diskusi kecil yuk di kolom komentar :)
Aku pun suka menyayangkan setiap acara sekolah, yang nggak ikut suka diminta biaya setengahnya. Namun ini bukan hanya di sekolah saja, tapi di acara lain pun ada yang begitu. Jadi seperti sudah budayanya begitu, tapi memang benar adanya biasanya uang tersebut untuk menutupi biaya yang kurang
BalasHapusIya ya agak kecewa jg kalau akhirnya terkesan dipaksakan ikut semua dan bayar semua. Memang biayanya kan dihitung lalu dibagi rata ke seluruh siswa jadi kalo ada yg gak ikut, hitungannya jd kurang. Namun yg namanya acara sekolah kan tidak bisa semuanya pasti ikut. Hmmm... Kalau ada drama begini, sepertinya nantinya saya bakal ikut wisata sekolah terus deh daripada malah berantem dg pihak sekolah. Nabung dikit2 mulai sekarang
HapusKok aku gemes bacanya, apalagi kepala sekolahnya, kok nggak ada trasparansi biaya, padahal kan itu hak ortu untuk tau biaya apa aja yg dikeluarkan saat study tour, apalagi gosip2 gak penting padahal itu harusnya pihak internal, duh mulutnya pengin aku prekes
BalasHapussama mba seperti di sekolah anak saya yg kecil, kalo ada kegiatan keluar tetep harus bayar walau ga ikut :( setuju, jika ada kegiatan harusnya dr awal semester dikomunikasikan rinciannya kalo perlu ada tabungan khusus untuk kegiatan keluar
BalasHapusGa bermaksud memihak siapapun tapi kayaknya masalahnya ada di misinformasi dan komunikasi yang tidak lancar dan kurang transparan. Semoga ada solusi terbaik dan ga terulang lagi masalah serupa yg jujur bikin gemas ini
BalasHapusIkut emosi wkwkwkw, aku jg paling ngga setuju kalo udah sifatnya ngga urgent gini tapi dipaksa. Dipaksa ikut maksudnya wkwkw dengan cara ikut bayar. Padahal ini gak urgent :) masih ada yang perlu dipersiapkan untuk anak2, apalagi nih masih TK atau SD buset dahh hahahaa
BalasHapusKrucil saya juga pernah mengalami, Mbak. Dan agak heran juga, kenapa yang tidak ikut study tour, tetap harus membayar? Padahal yang tidak ikutan, mungkin saja ada kebutuhan, termasuk punya beberapa anak sekolah yang bersamaan pembayarannya. Jadi harus dikaji ulang lagi.
BalasHapusya ampun bacanya aja udh ikutan sebel yaaa, klo pilih sekolah emang baiknya pilih yang manajerial dan citranya bagus yaa, soal keuangan juga transparan
BalasHapusDI sekolah anak-anak kami juga gitu. Sudah diberitahu sejak awal masuk sekolah. Bayarnya juga diberi nama "tabungan wajib". Termasuk aman dari perselisihan.
BalasHapusKalau melihat dari sisi sekolah dan murid yang ikut piknik, sebenarnya bisa dipahami kenapa tetap bayar, karena uang untuk bis tidak sedikit. Tak mungkin ditanggung yang piknik sendiri karena ini program sekolah.
Win-win solutionnya kalau di sekolah anak kami, kursi piknik bisa dialihkan ke orang lain. Kasarnya boleh dijual ke yang lain.
Maaf ikut nimbrung.
Masalah ini gak ada di sekolah anak-anakku Mak. Soalnya sekolah swasta, jadi semua biaya sudah dibayar saat daftar ulang. Semua kegiatan juga sudah ada jadwalnya sebelum bayar daftar ulang. Jadi walopun gak ikut ya tetep bayar, karena udah dibayar semuanya pas daftar ulang.
BalasHapussamaan banget dengan keponakan saya, sekolahnya mau mengadakan studi tur tapi bagi siapapun yang gak ikut wajib tetap bayar, alhasil banyak para ibu yang protes dan sampai hari ini belum ada solusinya
BalasHapusdi PAUD anakku barusan juga ada masalah kaya gini, sih. Cuma memang sedari awal kita tahunya segala acara di luar kelas itu bagian dari pembelajaran jadi sifatnya ya wajib. Biayanya pun biasanya cuma 10-50 rb. Memang yang penting masalah komunikasinya, ya. Karena terkadang ada biaya minimal untuk sewa transportasi sehingga yang ga ikut pun tetap kena biaya. Sedangkan biaya per orang kaya snack, tiket masuk, dll biasanya sebisa mungkin tidak dibebankan ke yang ga ikut
BalasHapusKalau masih TK/PAUD sih kegiatan study tour yg dalam kota aja lah. Berenang, outbound ada kok kalau di kota Bandung. Lagian masih terlalu kecil melakukan perjalanan jauh dan melelahkan. Aneh juga ya KepSek baperan gitu, mosok engga transparan sih anggaran biayanya? Betah-betahin aja deh, kagok, tahun depan udah SD, engga ketemu lagi sama KepSeknya...haha
BalasHapusIni uneg-unegku dulu. Sebagai ortu, aku nggak keberatan kalau guru ikut study tour gratis karena toh mereka akan mengawasi anak-anak kita di sana. Tapi sangat keberatan kalau sampai mengajak keluarganya tanpa bayar.
BalasHapusDan lucunya, tujuan study tour selalu keluar kota, seperti di Bandung nggak ada destinasi yang cocok aja.
Kalau memungkinkan pindah sekolah, mending pindah sih Teh, daripada makan ati.
Kalau di kampung, sekolah kaya gitu udah ga ada muridnya. Anak guru sama Anka kepala sekolahnya aj ayah sekolah di sana. Apalagi sekelas TK/PAUD. Yang piknik kan orang dewasanya. Anak TK/PAUD ngikut aja
BalasHapusMemang ga jarang study tour ni tak terlaksana. Hanya karena selalu wacana. Tapi memang hak orang tua untuk memberikan suara yg tidak setuju dengan pilihan mereka. Tentunya banyak pertimbangan skala prioritas dalam rumah tangga masing2
BalasHapusLembaga sekolahnya perlu mengevaluasi diri khususnya untuk kegiatan study tour.
BalasHapusSaya kebetulan dari play group hingga jenjang berikutnya sekolah anaknya membahas kegiatan study tour ini di awal tahun ajaran. Ortu dikasih perkiraan rincian biayanya, jadi anak2 bisa nabung di sekolah setiap hari khusus untuk study tour. Kalau nanti acaranya batal karena hal tak terduga seperti pandemi, terlalu berdekatanan dgn libur hari besar, uangnya bisa digunakan untuk nambah2 daftar ulang.
Semoga tulisan ini terbaca oleh kepala sekolah PAUD, tidak hanya kepala sekolah PAUD di Teh Eka, tapi semua kepala sekolah yang suka memaksakan kehendak sendiri tanpa mempertimbangkan finansial orang tua atau wali siswa, dan mudah-mudahan mereka bisa lebih bijak dan menyadari kekeliruannya dalam masalah study tour ini
BalasHapusduh pasti sedih kalau berada diposisi yang tidak menguntungkan seperti ini. Perlu banget untuk menyiapkan dana taktis untuk kegiatan sekolah anak seperti ini. Semoga ini bisa jadi bahan acuan bagi banyak kepala sekolah
BalasHapusWaktu daku sekolah study tour harus dilakukan. Buat yang gak ikut jadinya dikasih solusi mengerjakan tugas dan manjalankannyadengan biaya sendiri.
BalasHapusMenurut saya sih harus nya kepsek udah tahu gimana kondisi perekonomian wali murid. Bisa dilihat di database pekerjaan orang. Rekreasi yang berlabel study tour itu memang berat banget kalau harganya segitu..saya jg merasakan 400rb ut rekreasi anak TK ke luar kota. Dan gak harus keluar kota sih.. dalam kota aja juga bisa.. banyak tempat kan untuk bisa belajar.. di TK saya juga gt yang nggak ikut harus tetep bayar full karena dianggap busnya pesen satu paket.. tapi yaaa gimana yaa..agak aneh aja sih.. tapi yaudahlah.. mungkin yg keberatan di TK saya cuma saya..soalnya kok ibu2 yg lain biasa aja..hiks..
BalasHapusAlhamdulillah, di sekolah anak saya selalu mengundang wali murid untuk membahas setiap hal, misal mau outing tetap dibahas pilihan tujuan, gambaran biaya, tapi yang memutuskan tetap nanti kesepakatan dengan orang tua. Jadi saling memahami
BalasHapusAih, sama lah kak. Zaman saya masih SD pun sudah ada kebijakan semacam itu. Mungkin nih, biar semuanya ikut, karena kan kegiatan study tour ini penting untuk anak sekolah. Eh, sekarang masih sama, ya?
BalasHapusKayaknya ini bukan masalah uangnya sih ya aku nangkepnya. Lebih ke masalah komunikasi, empati, dan transparansi.
BalasHapusAku sih dukung emak2 yang mau ribut dgn kepseknya. Dikira cari duit zaman skrg tuh gampang apa. Jika ada kegiatan di luar ruang, wajib ada kesepakatan. Nggak bs sewenang2 spt itu. Di sekolah anakku kemarin untungnya masih terjangkau meski ya ortu bakal terbebani jg. Tp ada opsi tdk ada biaya tambahan jk ortu tdk ikut. Adil kan?
BalasHapusEh mba, ini based on true story? Hmm.. iya ini harus ada pembenahan sistem management dan komunikasi yang baik lagi antara sekolah dengan orang tua murid ya.. baiknya disepakati bersama, hitam diatas putih, iya dan tidak.
BalasHapusBiasanya memang harus bayar namun nggak penuh
BalasHapusKarena biasanya buat nutup biaya sewa bus nya
Tapi harusnya klo biayanya cukup mahal, jauh jauh hari sekolah sudah kasih tahu dan biasanya ada sistem tabungan
Jadi nggak berat gitu
Wah iyaa sabtu kemarin aku banyak perhatiin anak-anak sekolah yang lagi study tour. Memang yaa kadang ada tuh moment atau hal lainnya, yang gak bisa dipaksa anak untuk tidak ikut study tour.
BalasHapusPas anak-anakku masih TK juga pendekatan luar biasa ke masing-masing orangtua nih.. Gak hanya guru tapi juga kepsek, agar kalau sekolah punya niatan apapun, orangtua setuju.
BalasHapusGimana kalau anak-anaknya dianter dan dijemput sama nenek atau anggota keluarga selain orangtua?
Tentu yang didelegasikan "merayu" ketika ada acara study tour ini anak-anaknya. Kalau anak TK, tentu bebannya bukan di penilaian, melainkan hanya untuk pengayaan.
Yang menurutku penting di sini adalah mengajak orangtua dan sekolah untuk membuka komunikasi dan sama-sama terlibat agar ide bisa gayung bersambut.
semoga tulisan ini banyak dibaca oleh guru atau kepala sekolah PAUD TK ya mbak. Memang dilematik banget sih ini, aku malah denger dari mertua soal kayak gini di sekolah keponakan. Gemes ya. Memang bukan masalah nominalnya, tapi biaya itu untuk apa tidak ada kejelasan
BalasHapusBacanya gemes, kok kepseknya gitu sih? Mana rencana studytooornya Termasuk dadakan sih menurut aku, karena biasanya kan direncanakan mulai tahun ajaran baru. Terus sebelum pesen bis ya ada angket siapa yang ikut dan tidak.
BalasHapus