Logo Komunitas BRT Network

Tidak ikut Study Tour Sekolah, Anak Tetap Bayar? Setujukah?

wajibkah ikut study tour
Wajibkah ikut study tour?

Wajibkah ikut study tour? Mengapa gak ikut study tour murid tetap bayar? Kedua pertanyaan tersebut sering menjadi pertanyaan yang muncul di benak orang tua/wali murid terkait study tour. 

Kegiatan study tour merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan KBM sekolah yang bertujuan memberikan pengalaman yang baik terhadap anak, memperat bonding antar siswa dan siswa dengan guru serta sarana rekreasi dan edukasi.  

Meski tidak semua lembaga pendidikan menjadikan study tour bagian dari kurikulum, tapi beberapa lembaga memasukan kegiatan study tour kedalam kurikulum dengan pertimbangan manfaatnya untuk perkembangan anak usia dini. 

Namun dibalik segudang manfaat study tour untuk anak usia dini, terdapat perihal yang kerap menjadi dilema dan perbincangan cukup sengit diantara orang tua/wali yaitu wajibkah ikut study tour? Dan mengapa siswa yang tidak ikut study tour harus membayar setengah dari biaya study tour? Bukankah dengan demikian menjadikan kegiatan study tour bersifat wajib sementara sebagaimana kita tahu bahwa study tour tidak wajib? 

Bahkan jika Mom iseng berselancar di google, Mom akan menemukan beberapa berita  terkait kekecewaan Orang Tua siswa yang tidak Ikut study tour Lantaran Tetap dipungut Biaya. 

Contoh real-nya adalah pengalaman saya sendiri  yang terjadi pada kegiatan study tour tahun ini di  PAUD/TK dimana anak bungsu saya bersekolah. 


Study Tour  Sekolah Tidak Wajib! Tapi Murid yang Tidak Ikut Study Tour Wajib Bayar, Gimana sih?


Permasalahan yang dialami sebagian orang tua terkait membayar penalti study tour juga saya rasakan di lembaga PAUD/TK dimana anak bungsu saya sekolah. 

Awalnya saya enggan mengangkat permasalahan ini mengingat nama baik sekolah, tapi atas pertimbangan bahwa masalah ini harus tetap diangkat demi keberlangsungan KBM anak selanjutnya dan juga bahan pertimbangan serta evaluasi untuk lembaga pendidikan, dengan tidak menyebutkan identitas lembaga saya tetap ingin menceritakan permasalahan yang terjadi dan realitanya dari sudut pandang orang tua/wali. 

Semoga pengalaman saya, bisa menjadi pertimbangan orang tua ketika memilih lembaga PAUD/TK yang sesuai yang memiliki manajemen sekolah terstruktur, terbuka, bijaksana dan open minded terhadap saran serta kritikan dari orangtua/wali murid. 


Rencana Kegiatan Study Tour Sekolah

Pada bulan Februari 2023, tanpa ada kabar sebelumnya, selesai kegiatan seminar dari lembaga yang menawarkan jasa psikotes kemampuan anak, kepala sekolah mengadakan rapat POMG secara mendadak.

Kami semua terkejut tentu saja, tapi tak ada pilihan selain mengikuti arahan dari kepala sekolah. Berbagai informasi kegiatan sekolah pun mulai dipaparkan, seperti kegiatan KBM hingga akhir semester, kegiatan study tour dan pentas seni.

Pihak sekolah menawarkan beberapa lokasi study tour dan akhirnya disepakati bahwa study tour akan dilaksanakan pada minggu kedua bulan Mei 2023 sementara pentas seni akan dilaksanakan satu bulan kemudian.


Masalah Biaya Study Tour


Biaya study tour pun keluar yaitu xxxrb ibu+anak dengan satu tempat duduk (anak duduk di pangkuan ibu). Jika ingin anak duduk terpisah, maka harus membayar biaya kursi sejumlah 70 ribu. Maka total biaya study tour adalah xxxribu. Biaya ini belum termasuk snack, makan siang, bekal jajan dan membeli oleh-oleh yang jika diakumulasikan akan berjumlah sekitar 500 ribu rupiah.

Wow! Biaya yang tidak sedikit ya? Tentu saja  mengingat lokasi study tour berada di luar kota. 

Berdasarkan kebijakan sekolah, maka diadakanlah tabungan wajib sejak bulan Februari sejumlah Rp. xxx/hari  agar begitu waktu piknik tiba orang  tua tidak merasa terlalu berat membayar iuran piknik. 

Orang tua pun sepakat “ insyaallah” akan mengikuti kegiatan study tour dan setuju tanpa pilihan dengan pernyataan dari pihak sekolah yaitu bagi yang tidak ikut study tour tetap harus membayar uang transport sejumlah xxxribu.

Saya rasa kesepakatan ini sepihak ya, mengingat kegiatan study tour dilaksanakan  tanpa mempertimbangkan bahwa bulan ramadhan akan dimulai bulan april dan berakhir pada awal Mei, dan Kebanyakan orang tua juga sedang mempersiapkan ujian kenaikan kelas serta ujian SMP dan SMA. Sementara study tour akan dilaksanakan dua minggu setelah hari raya idul fitri. 

Kenapa ketika rapat tidak mengajukan banding? Namanya juga rapat dadakan, pikiran kami sudah melayang jauh memikirkan biaya dan lain sebagainya. Boro-boro ingat bahwa pelaksanaannya dua minggu setelah lebaran. 

Namun kenyataannya banyak orangtua yang tidak akan mengikuti kegiatan study tour  karena kondisi finansial sedang tidak baik-baik saja dan ada juga dikarenakan anak/wali sakit. 

Hal ini dikarenakan sebagian besar orang tua murid adalah pekerja pabrik yang banyak mengalami  kasus PHK sepihak dan sebagian lain dirumahkan hingga waktu tak terbatas. Sebagian orangtua lain yang merupakan pelaku usaha mikro mengalami degradasi usaha karena resesi ekonomi. 

Uang  tabungan dan THR pun terkuras habis untuk kegiatan selama bulan ramadhan dan mudik sementara tabungan sekolah untuk piknik belum memenuhi target biaya study tour.

Hal ini membuat  orang tua kembali berfikir, 

Apakah uang tabungan di sekolah atau yang sudah dialokasikan untuk study tour akan digunakan saja untuk biaya daftar ulang PAUD/TK dan biaya  kenaikan kelas sang kakak? 

Bagaimana dengan biaya membeli peralatan sekolah, seragam baru dan tentu saja sepatu baru? Pusing tujuh keliling bukan?

Hal ini tentu menjadi pertimbangan para orangtua bukan? Akhirnya  kebanyakan orangtua yang memiliki dua hingga tiga anak yang akan naik kelas bahkan naik ke jenjang SMP dan SMA tidak turut serta kegiatan piknik anak mereka yang masih di TK yang dalam hal ini adalah teman anak bungsu saya.

Jumlah siswa yang tidak ikut piknik gak tanggung-tanggung, hampir setengah dari jumlah siswa keseluruhan TK. Seakan-akan para orangtua ini kompakan layaknya demo untuk gak ikutan piknik, padahal gak gitu juga. Emang murni karena masalah biaya. 

Sementara saya, tidak bisa ikut piknik bukan dikarenakan kendala  biaya melainkan karena saya harus menjalani operasi gigi bungsu geraham sehari sebelum hari keberangkatan study tour. Jadi ini murni di luar kehendak dan perencanaan. Karena saya sudah menabung jauh-jauh hari dengan besaran lumayan agar anak bisa ikut piknik, acara pentas seni dan membayar daftar ulang ke kelas B.


Respon  Pihak Sekolah Terhadap Murid yang Tidak Mengikuti Study Tour


Pihak sekolah, karena sudah confidence semua siswa akan ikut study tour, pesan lah bus dua minggu sebelum keberangkatan tanpa membuat daftar pasti berapa jumlah siswa yang akan ikut study tour. Tanpa memberikan surat edaran kepada orang tua mengenai detail kegiatan, detail biaya dan tanda tangan persetujuan. Tanpa ada aba-aba.

Hasilnya? Kepala sekolah kecewa  karena program study tour yang beliau rencanakan gagal, Beliau juga mewajibkan kepada murid yang tidak mengikuti study tour untuk tetap membayar uang transport. Disinilah permasalahan muncul dimana orangtua/wali yang tidak ikut study tour merasa kecewa dan keberata.  Gak ikut study tour kok tetap ikut bayar transport sih? Rugi dong!

Secara logika memang demikian ya Mom. Tapi pihak sekolah berdalih karena transport sudah dipesan dan untuk menutup kekurangan biaya akibat murid yang tidak ikut study tour, jadi murid yang tidak ikut study  tour wajib membayar biaya transportasi. 

Mungkin orangtua/wali yang lain kecewa karena harus membayar uang transport sementara mereka tidak ikut study tour, tapi bagi saya sendiri, permasalahan ini bukan karena kekecewaan harus membayar uang transportasi, namun tidak ada empati dan simpati dari kepala sekolah terkait berbagai alasan orangtua mengapa tidak bisa ikut study tour. Kepala sekolah hanya menjawab kekecewaannya dengan memberikan pernyataan kesepakanan bersama diawal. 

Tanpa ada jawaban, “ oh iya gak apa -apa Bu, semoga tahun depan bisa ikut ya dan kita bisa menabung biaya study tour sejak tahun pertama”

Juga tak ada jawaban simpati kepada orang tua yang sedang sakit atau anaknya yang harus menjalani operasi semisal “semoga lekas sembuh ya, semoga tahun depan diberikan kesehatan dan kelancaran rezeki agar bisa ikut study tour”

Jika respon kepsek lebih tenang seperti contoh diatas, kan adem ya dengernya, dan orang tua pasti tidak akan terlalu kecewa. Bayar penalti? Gak akan jadi masalah. Dengan ikhlas kami pasti akan membayar dan merelakan. Tidak seperti sekarang, membaya tapi dengan keluh kesah dan hati kecewa.  

Bahkan terdengar desas - desus bahwa kepala sekolah menyatakan bahwa orang tua yang tidak ikut study tour kompakan. Tidak hanya itu, kepala sekolah bahkan menceritakan perihal kekecewaannya kepada orang tua yang ikut study tour, tetangga dan sanak saudara.

Wah, ini agak berlebihan ya. Terlihat tidak ada kebijaksanaan sama sekali dan, kasus ini menjadi masalah yang cukup besar meski pada akhirnya study tour tetap dilaksanakan. 


Permasalahan Study Tour yang Mencuat Hingga Luar Lembaga Sekolah

Saya kesal? Ya! Karena tidak adanya simpati, empati dan ketidakharusan kepala sekolah menyatakan rasa kecewanya pada sanak saudara dan orang tua murid yang ikut study tour sehingga permasalahan study tour mencuat hingga luar lembaga sekolah dan menjadi bahan gosip. 

Gosip memang bisa menyebar teramat cepat. Tidak hanya permasalahan study tour tapi juga nama saya yang menjadi tokoh utama pembuat onar yang memprovokasi orangtua lain agar tidak ikut study tour. Wah ini sudah diluar batas ya, jatuhnya jadi fitnah bukan? Saya tidak punya urusan dengan orangtua/wali lain yang tidak ikut study tour. Itu diluar kemampuan saya. Untuk apa saya memprovokasi? Tidak ada benefitnya bagi saya. Terlebih saya tidak mengikutsertakan anak study tour bukan karena masalah finansial, melainkan saya harus operasi gigi bungsu geraham dan tidak bisa ditunda.

Kesal saya semakin menjadi! Saya pun wapri kepsek dan meminta detail biaya study tour dan ternyata hal ini juga jadi permasalahan baru. Dimana pada rapat POMG dadakan pasca study tour permasalahan ini diangkat dan salah satu orangtua murid yang kebetulan seorang guru SMP bertindak sebagai wakil pihak sekolah mengatakan,

"Tidak etis dan tidak seharusnya pihak orangtua menanyakan masalah perincian biaya study tour. Karena kegiatan study tour sudah ada sejak dulu, tidak hanya di TK tapi juga SD disekolah manapun! Ayo coba ngaku siapa orangtua yang wapri ibu kepala sekolah menanyakan detail biaya study tour? Gak mau ngaku? Ya sudah, malu barangkali ya karena sudah melakukan kesalahan. Jadi pembelajaran saja ya Bu, untuk ibu - ibu yang lain juga"

Daaarrr!!!! Secara gamblang saya dipermalukan atas tindakan kritis yang menurut saya logis dan itu sudah jadi hak orangtua/wali murid. Lagipula, darimana si orangatua tadi bisa mengetahui ada wapri terkait permintaan orangtua untuk mengetahui detail biaya study tour? Sementara saya hanya wapri Kepala sekolah saja dan memberitahu beberapa Ibu-ibu bestie yang memang dekat dengan saya. Tidak mungkin mereka membocorkan informasi ini dan menjadi bahan gosip.

Jadi bisa disimpulkan bukan? Antara ada yang mendengar sekilas atau Kepala Sekolah yang curhat kepada orangtua murid guru SMP tadi karena merasa sama-sama berprofesi guru. 

Tapi menurut bijak saya, tidak perlulah sampai diangkat ke permukaan dan mempermalukan saya sedemikian hebatnya. Terlebih posisi saya kala itu adalah wakil ketua POM, yang notabene mewakili suara orangtua murid membantu ketua POM. Apa yang saya sampaikan kepada Kepala Sekolah, bukan hanya suara saya pribadi tapi juga suara orangtua yang lain. Kejadian dimana saya dipermalukan ini bahkan diluar sepengathuan saya, rapat POMG dadakan ini juga diluar koordinasi pihak sekolah dan POMG. 

Miris sih, sekolah ada juga drama begini nya ya. Emang paling betul udah jadi rakyat biasa aja sih, antar anak ke sekolah, jemput dan beresin uang kas dan iuran les selama satu tahun ke bendahara kelas dan kalau ada apa-apa hubungannya langsung dengan walik kelas. Aman!

Bukan gak mau berinteraksi, yaaa ala kadarnya saja kecuali yang memang satu frekuensi yaaa. Gak juga yang harus segala bring kadieu bring kaditu gitu loh (ikut kesana dan kesini). Mending kerja sih, hahahaha.

Terkait perincian biaya study tour, mungkin cara berfikir dan bertindak saya dengan pihak sekolah  terutama Kepala sekolah memang berbeda. Saya yang biasa terorganisir, terstuktur dengan detail dan perencanaan dan tangung jawab terkait laporan mengingat pernah bekerja diperusahaan sebagai survervisor cukup lama, bertemu kasus seperti ini agak aneh jadinya.

Saya gak biasa seperti ini bahkan setelah bekerja freelancer sekarang dimana saya lebih disiplin dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan dibanding sebelumnya, karena nama saya sebagai freelancer dimata klien dan agensi taruhannya. 

Sementara cara kerja lembaga berbeda dengan perusahaan meski sama-sama menjabat sebagai pimpinan. Namun bagi saya sama saja, bedanya kalau di perusahaan saya punya atasan Kepala Divisi sementara di sekolah, pimpinan kepala sekolah bertanggung jawab kepada  DIKNAS tentu saja dan juga orang tua murid.

Logikanya? lembaga PAUD/TK yang notabene bukan sekolah negeri tentu membutuhkan biaya operasional dari orang tua murid bukan? Secara tidak langsung orang tua murid lah pimpinan kepala sekolah dimana kepala sekolah punya tanggung jawab dan kewajiban memberikan layanan terbaik serta  informasi lengkap mengenai KBM. 

Tindakan apapun yang dilakukan kepala sekolah, akan berimbas terhadap kredibilitas sekolah itu sendiri. Kekecewaan orangtua terhadap kebijakan kepala sekolah akan berimbas terhadap nama baik sekolah. Bukan hal yang tidak mungkin jika orangtua yang kecewa tersebut, tidak merekomendasikan lembaga PAUD/TK tersebut kepada siapapun yang mereka kenal terlebih kepada orang tua yang hendak menyekolahkan anaknya ke PAUD/TK. Cukup riskan bukan?


Tips Agar Study Tour  Paud/TK Dapat Terlaksana Sesuai Harapan Lembaga

Dari pertanyaan diawal artikel, yaitu : 

Benarkan kesepakatan ini adil?  Tidak adil dikarenakan tidak adanya perencanaan yang matang dan informasi detail terkait biaya study tour

Mengapa anak yang tidak ikut study tour harus tetap membayar “penalti” uang transport?  Sebetulnya anak yang tidak ikut study tour tidak perlu membayar penalti. Karena logikanya, masa gak ikut tetap bayar? Oleh sebab itu, pastikan terlebih dahulu jumlah  anak yang ikut study tour sebelum booking  bis. Sehingga, sekolah tidak perlu mengeluarkan uang untuk menutupi kekurangan biaya operasional study tour. 

Lagipula, kalau anak yang tidak ikut tetap bayar bukankan hal ini menjadikan study tour sifatnya wajib? 

Sementara pihak DIKNAS tidak mewajibkan kegiatan study tour di lembaga pendidikan manapun dan jenjang apapun untuk dilaksanakan. Kegiatan study tour adalah kegiatan yang dilakukan sekolah atas berbagai pertimbangan  manfaat untuk perkembangan dan pembelajaran anak. Namun siaftanya tidak wajib.

Sebetulnya, dari berbagai kasus tidak ikutnya  study tour namun tetap harus bayar termasuk yang terjadi di lembaga PAUD/TK dimana anak saya sekolah mengindikasikan bahwa kegiatan study tour dilakukan dengan perencanaan yang kurang matang dari pihak sekolah. Juga, budaya study tour yang sudah turun temurun terjadi dimana anak yang tidak ikut tetap bayar transportasi. Masalah seperti ini tidak boleh berlanjut. Terlebih pernah ada kasus kriminal yang terjadi gara-gara anak tidak ikut study tour. Ngeri bukan?

Hal seperti ini sebetulnya tidak akan terjadi, selama sekolah melakukan hal-hal dibawah ini : 

  1. Buat perencanaan study tour sejak awal semester dan buka tabungan khusus sejak semester satu
  2. Jangan buat jadwal study tour pasca perayaan hari besar keaagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri atau Natal karena sudah bisa dipastikan kondisi finansial orangtua yang menipis hingga habis karena digunakan selama perayaan keagamaan.
  3. Lokasi study tour sebaiknya dalam kota saja untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti sakit pasca study tour dan tentu saja agar biaya study tour tidak terlalu besar
  4. Lokasi study tour dalam kota juga banyak yang potensial, tinggal di gali dan dipilih saja
  5. Buat surat edaran resmi berisi informasi kegiatan acara, detail biaya dan tanda tangan persetujuan keikutsertanaan anak dari orang tua
  6. Pastikan daftar siswa yang ikut study tour sebulan sebelum jadwal keberangkatan.
  7. Jangan booking bus mendadak, tapi lakukan booking setelah jumlah pasti siswa yang akan mengikuti study tour sehingga baik orang tua dan pihak sekolah tidak akan mengalami kerugian finansial untuk menutupi kekurangan booking bus. 
  8. Meski situasi kacau dan diluar harapan, tetap humble dan tenang dalam menghadapi kekecewaan dan tetap melayani orang tua tanpa emosi berlebih

Evaluasi pihak orang tua : 

  1. Buat perencanaan biaya pendidikan dan kegiatan sekolah anak selama satu tahun kedepan
  2. Meski situasi ekonomi cukup sulit, paksakan diri untuk menabung minimal 5 ribu per hari yang dikhususkan untuk kegiatan study tour dan pentas seni juga perpisahan
  3. Jangan memberitahu informasi keikutsertaan mendadak, berikan informasi kepada pihak sekolah minimal satu bulan sebelum jadwal study tour. Sehingga pihak sekolah dapat memastikan jumlah transportasi dan ukuran transportasi yang akan digunakan


Beda Lembaga Beda Kebijakan, Jadilah Orangtua dan Kepala Sekolah yang Bijak Demi Perkembangan Anak


Beda lembaga tentu akan berbeda kebijakan termasuk mengenai kegiatan study tour. Di beberapa lembaga PAUD/TK mungkin biaya study tour sudah termasuk dalam biaya pendaftaran diawal masuk sekolah. Sehingga semua siswa PAUD/TK dapat mengikuti kegiatan study tour tanpa drama ikut tidak ikut tetap bayar. 

Terlebih bagi lembaga pendidikan PAUD/TK kategori bonafit dengan biaya pendidikan yang sesuai dengan kualitas pendidikan dan fasilitas terbaik serta lengkap. Perkara study tour ikut tidak ikut tidak akan menjadi masalah yang berarti. 

Namun bagi sebagian lembaga PAUD/TK lainnya yang berdiri secara independen dan  mengandalkan biaya operasional dari kemampuan finansial orang tua sepenuhnya tentu perihal study tour menjadi pertimbangan dan permasalahan yang cukup pelik. Terlebih jika lingkungan dimana lembaga tersebut berada dalam pemukiman dengan tingkat ekonomi masyarakat menengah kebawah. 

Terkait perincian biaya study tour, menurut pandangan saya wajar ya tapi ternyata bagi pihak sekolah hal tersebut dinyatakan kurang sopan dan tidak etis. Seperti apa yang saya nyatakan diatas, mungkin terdapat perbedaan besar antara cara kerja di perusahaan dan lembaga pendidikan terkait transparansi biaya termasuk biaya study tour. Hal ini yang pada akhirnya memicu ketidak-sinkron-an pemahaman terkait transparansi biaya. 

Meski demikian, study tour pada dasarnya merupakan kegiatan yang positif dan berguna bagi perkembangan psikologis dan motorik anak usia dini. Study tour juga menjadi media dan sarana belajar anak mengenal tempat bersejarah atau tempat dengan muatan edukasi seperti eduwisata serta memberikan pengalaman berharga yang tak akan dilupakan oleh anak-anak usia dini.

Kenangan yang akan selalu mereka ingat bahkan ketika mereka beranjak dewasa. 

Untuk itu, memang di butuhkan kebijaksanaan dari kedua belah pihak terutama pihak sekolah agar merencanakan dengan matang kegiatan study tour sehingga perihal ikut tidak ikut tetap bayar tidak lagi terjadi. Idealnya setiap anak bisa ikut kegiatan study tour, untuk itu jika memungkinan orangtua perlu menyiapkan dana khusus untuk kegiatan study tour dan disiapkan secara berkala. 

Namun jika anak tidak bisa ikut study tour karena orangtua/wali atau bahkan anak itu sendiri sakit? Tentu ini diluar kehendak dan persiapan yang sudah disiapkan sebelumnya ya. Namun jika memungkinkan untuk bisa ikut, mengapa tidak ya Mom? Bukankah kebahagiaan dan keceriaan anak  merupakan kebahagiaan orangtua dan sekolah  juga? 

Disinilah dibutuhkan peran kepala sekolah yang bijak, yang bisa merespon positif setiap permasalahan tanpa ada tindakan atau respon defensif yang sifatnya personal demi keberlangsungan lembaga itu sendiri. 

Saya pribadi berpendapat, tidak ada kewajiban bagi anak yang tidak ikut study tour untuk membayar setengah biaya study tour. Karena ibarat orang lain yang  jajan seblak, kita gak pesen tapi harus bayar.  Se-sederhana itu sih.

Oleh sebab itu, WAJIB SIFATNYA bagi pihak sekolah menginformasikan seluruh kegiatan KBM diawal tahun ajaran termasuk DETAIL STUDY TOUR DAN BIAYA ny dan tidak di informasikan 3 bulan menjelang kegiatan stidy tour. 

Selain itu, pihak sekolah juga WAJIB MEMASTIKAN JUMLAH MURID YANG IKUT STUDY TOUR minimal 1 bulan sebelum kegiatan study tour berlangsung. Sehingga, tidak ada masalah sewa transportasi. Kalaupun ternyata biaya transportasi tidak menutupi karena jumlah murid yang ikut study tour tidak bisa menutupi biaya tansportasi, tentu bisa dibicarakan dengan bijak bukan? Orangtua/wali pasti mengerti. 

Saya berharap, tidak ada lagi kasus tidak ikut study tour anak tetap bayar. Karena memang hal ini memberatkan orang tua/wali bahkan tidak sedikit kasus kriminal terjadi akibat anak tidak bisa ikut stury tour. Entah dengan anak mencuri, orang tua melakukan tindak kekerasan kepada anak karena anak maksa ikut study tour sementara orang tua tidak mampu secara finansial. Mengerikan bukan? 

30 komentar

  1. Aku pun suka menyayangkan setiap acara sekolah, yang nggak ikut suka diminta biaya setengahnya. Namun ini bukan hanya di sekolah saja, tapi di acara lain pun ada yang begitu. Jadi seperti sudah budayanya begitu, tapi memang benar adanya biasanya uang tersebut untuk menutupi biaya yang kurang

    BalasHapus
  2. Kok aku gemes bacanya, apalagi kepala sekolahnya, kok nggak ada trasparansi biaya, padahal kan itu hak ortu untuk tau biaya apa aja yg dikeluarkan saat study tour, apalagi gosip2 gak penting padahal itu harusnya pihak internal, duh mulutnya pengin aku prekes

    BalasHapus
  3. sama mba seperti di sekolah anak saya yg kecil, kalo ada kegiatan keluar tetep harus bayar walau ga ikut :( setuju, jika ada kegiatan harusnya dr awal semester dikomunikasikan rinciannya kalo perlu ada tabungan khusus untuk kegiatan keluar

    BalasHapus
  4. Ga bermaksud memihak siapapun tapi kayaknya masalahnya ada di misinformasi dan komunikasi yang tidak lancar dan kurang transparan. Semoga ada solusi terbaik dan ga terulang lagi masalah serupa yg jujur bikin gemas ini

    BalasHapus
  5. Ikut emosi wkwkwkw, aku jg paling ngga setuju kalo udah sifatnya ngga urgent gini tapi dipaksa. Dipaksa ikut maksudnya wkwkw dengan cara ikut bayar. Padahal ini gak urgent :) masih ada yang perlu dipersiapkan untuk anak2, apalagi nih masih TK atau SD buset dahh hahahaa

    BalasHapus
  6. Krucil saya juga pernah mengalami, Mbak. Dan agak heran juga, kenapa yang tidak ikut study tour, tetap harus membayar? Padahal yang tidak ikutan, mungkin saja ada kebutuhan, termasuk punya beberapa anak sekolah yang bersamaan pembayarannya. Jadi harus dikaji ulang lagi.

    BalasHapus
  7. ya ampun bacanya aja udh ikutan sebel yaaa, klo pilih sekolah emang baiknya pilih yang manajerial dan citranya bagus yaa, soal keuangan juga transparan

    BalasHapus
  8. DI sekolah anak-anak kami juga gitu. Sudah diberitahu sejak awal masuk sekolah. Bayarnya juga diberi nama "tabungan wajib". Termasuk aman dari perselisihan.
    Kalau melihat dari sisi sekolah dan murid yang ikut piknik, sebenarnya bisa dipahami kenapa tetap bayar, karena uang untuk bis tidak sedikit. Tak mungkin ditanggung yang piknik sendiri karena ini program sekolah.
    Win-win solutionnya kalau di sekolah anak kami, kursi piknik bisa dialihkan ke orang lain. Kasarnya boleh dijual ke yang lain.
    Maaf ikut nimbrung.

    BalasHapus
  9. Masalah ini gak ada di sekolah anak-anakku Mak. Soalnya sekolah swasta, jadi semua biaya sudah dibayar saat daftar ulang. Semua kegiatan juga sudah ada jadwalnya sebelum bayar daftar ulang. Jadi walopun gak ikut ya tetep bayar, karena udah dibayar semuanya pas daftar ulang.

    BalasHapus
  10. samaan banget dengan keponakan saya, sekolahnya mau mengadakan studi tur tapi bagi siapapun yang gak ikut wajib tetap bayar, alhasil banyak para ibu yang protes dan sampai hari ini belum ada solusinya

    BalasHapus
  11. di PAUD anakku barusan juga ada masalah kaya gini, sih. Cuma memang sedari awal kita tahunya segala acara di luar kelas itu bagian dari pembelajaran jadi sifatnya ya wajib. Biayanya pun biasanya cuma 10-50 rb. Memang yang penting masalah komunikasinya, ya. Karena terkadang ada biaya minimal untuk sewa transportasi sehingga yang ga ikut pun tetap kena biaya. Sedangkan biaya per orang kaya snack, tiket masuk, dll biasanya sebisa mungkin tidak dibebankan ke yang ga ikut

    BalasHapus
  12. Kalau masih TK/PAUD sih kegiatan study tour yg dalam kota aja lah. Berenang, outbound ada kok kalau di kota Bandung. Lagian masih terlalu kecil melakukan perjalanan jauh dan melelahkan. Aneh juga ya KepSek baperan gitu, mosok engga transparan sih anggaran biayanya? Betah-betahin aja deh, kagok, tahun depan udah SD, engga ketemu lagi sama KepSeknya...haha

    BalasHapus
  13. Ini uneg-unegku dulu. Sebagai ortu, aku nggak keberatan kalau guru ikut study tour gratis karena toh mereka akan mengawasi anak-anak kita di sana. Tapi sangat keberatan kalau sampai mengajak keluarganya tanpa bayar.

    Dan lucunya, tujuan study tour selalu keluar kota, seperti di Bandung nggak ada destinasi yang cocok aja.

    Kalau memungkinkan pindah sekolah, mending pindah sih Teh, daripada makan ati.

    BalasHapus
  14. Kalau di kampung, sekolah kaya gitu udah ga ada muridnya. Anak guru sama Anka kepala sekolahnya aj ayah sekolah di sana. Apalagi sekelas TK/PAUD. Yang piknik kan orang dewasanya. Anak TK/PAUD ngikut aja

    BalasHapus
  15. Memang ga jarang study tour ni tak terlaksana. Hanya karena selalu wacana. Tapi memang hak orang tua untuk memberikan suara yg tidak setuju dengan pilihan mereka. Tentunya banyak pertimbangan skala prioritas dalam rumah tangga masing2

    BalasHapus
  16. Lembaga sekolahnya perlu mengevaluasi diri khususnya untuk kegiatan study tour.
    Saya kebetulan dari play group hingga jenjang berikutnya sekolah anaknya membahas kegiatan study tour ini di awal tahun ajaran. Ortu dikasih perkiraan rincian biayanya, jadi anak2 bisa nabung di sekolah setiap hari khusus untuk study tour. Kalau nanti acaranya batal karena hal tak terduga seperti pandemi, terlalu berdekatanan dgn libur hari besar, uangnya bisa digunakan untuk nambah2 daftar ulang.

    BalasHapus
  17. Semoga tulisan ini terbaca oleh kepala sekolah PAUD, tidak hanya kepala sekolah PAUD di Teh Eka, tapi semua kepala sekolah yang suka memaksakan kehendak sendiri tanpa mempertimbangkan finansial orang tua atau wali siswa, dan mudah-mudahan mereka bisa lebih bijak dan menyadari kekeliruannya dalam masalah study tour ini

    BalasHapus
  18. duh pasti sedih kalau berada diposisi yang tidak menguntungkan seperti ini. Perlu banget untuk menyiapkan dana taktis untuk kegiatan sekolah anak seperti ini. Semoga ini bisa jadi bahan acuan bagi banyak kepala sekolah

    BalasHapus
  19. Waktu daku sekolah study tour harus dilakukan. Buat yang gak ikut jadinya dikasih solusi mengerjakan tugas dan manjalankannyadengan biaya sendiri.

    BalasHapus
  20. Menurut saya sih harus nya kepsek udah tahu gimana kondisi perekonomian wali murid. Bisa dilihat di database pekerjaan orang. Rekreasi yang berlabel study tour itu memang berat banget kalau harganya segitu..saya jg merasakan 400rb ut rekreasi anak TK ke luar kota. Dan gak harus keluar kota sih.. dalam kota aja juga bisa.. banyak tempat kan untuk bisa belajar.. di TK saya juga gt yang nggak ikut harus tetep bayar full karena dianggap busnya pesen satu paket.. tapi yaaa gimana yaa..agak aneh aja sih.. tapi yaudahlah.. mungkin yg keberatan di TK saya cuma saya..soalnya kok ibu2 yg lain biasa aja..hiks..

    BalasHapus
  21. Alhamdulillah, di sekolah anak saya selalu mengundang wali murid untuk membahas setiap hal, misal mau outing tetap dibahas pilihan tujuan, gambaran biaya, tapi yang memutuskan tetap nanti kesepakatan dengan orang tua. Jadi saling memahami

    BalasHapus
  22. Aih, sama lah kak. Zaman saya masih SD pun sudah ada kebijakan semacam itu. Mungkin nih, biar semuanya ikut, karena kan kegiatan study tour ini penting untuk anak sekolah. Eh, sekarang masih sama, ya?

    BalasHapus
  23. Kayaknya ini bukan masalah uangnya sih ya aku nangkepnya. Lebih ke masalah komunikasi, empati, dan transparansi.

    BalasHapus
  24. Aku sih dukung emak2 yang mau ribut dgn kepseknya. Dikira cari duit zaman skrg tuh gampang apa. Jika ada kegiatan di luar ruang, wajib ada kesepakatan. Nggak bs sewenang2 spt itu. Di sekolah anakku kemarin untungnya masih terjangkau meski ya ortu bakal terbebani jg. Tp ada opsi tdk ada biaya tambahan jk ortu tdk ikut. Adil kan?

    BalasHapus
  25. Eh mba, ini based on true story? Hmm.. iya ini harus ada pembenahan sistem management dan komunikasi yang baik lagi antara sekolah dengan orang tua murid ya.. baiknya disepakati bersama, hitam diatas putih, iya dan tidak.

    BalasHapus
  26. Biasanya memang harus bayar namun nggak penuh
    Karena biasanya buat nutup biaya sewa bus nya
    Tapi harusnya klo biayanya cukup mahal, jauh jauh hari sekolah sudah kasih tahu dan biasanya ada sistem tabungan
    Jadi nggak berat gitu

    BalasHapus
  27. Wah iyaa sabtu kemarin aku banyak perhatiin anak-anak sekolah yang lagi study tour. Memang yaa kadang ada tuh moment atau hal lainnya, yang gak bisa dipaksa anak untuk tidak ikut study tour.

    BalasHapus
  28. Pas anak-anakku masih TK juga pendekatan luar biasa ke masing-masing orangtua nih.. Gak hanya guru tapi juga kepsek, agar kalau sekolah punya niatan apapun, orangtua setuju.

    Gimana kalau anak-anaknya dianter dan dijemput sama nenek atau anggota keluarga selain orangtua?
    Tentu yang didelegasikan "merayu" ketika ada acara study tour ini anak-anaknya. Kalau anak TK, tentu bebannya bukan di penilaian, melainkan hanya untuk pengayaan.

    Yang menurutku penting di sini adalah mengajak orangtua dan sekolah untuk membuka komunikasi dan sama-sama terlibat agar ide bisa gayung bersambut.

    BalasHapus
  29. semoga tulisan ini banyak dibaca oleh guru atau kepala sekolah PAUD TK ya mbak. Memang dilematik banget sih ini, aku malah denger dari mertua soal kayak gini di sekolah keponakan. Gemes ya. Memang bukan masalah nominalnya, tapi biaya itu untuk apa tidak ada kejelasan

    BalasHapus
  30. Bacanya gemes, kok kepseknya gitu sih? Mana rencana studytooornya Termasuk dadakan sih menurut aku, karena biasanya kan direncanakan mulai tahun ajaran baru. Terus sebelum pesen bis ya ada angket siapa yang ikut dan tidak.

    BalasHapus