Apakah Anda pengelola brand atau marketer di industri fast moving consumer goods (FMCG)? Jika iya, ada kabar penting untuk Anda.
Riset terbaru dalam white paper Redcomm berjudul “FMCG Marketing: Spend or Waste?” mengungkapkan fakta mencengangkan bahwa ada sebanyak 67% anggaran marketing di industri FMCG diprediksi terbuang sia-sia karena tidak menghasilkan dampak yang bisa diukur.
Angka ini bukan asumsi, melainkan hasil analisis berbasis data dari berbagai kampanye FMCG yang ternyata gagal memberikan ROI karena berbagai faktor, mulai dari trade promotion yang tidak efektif, hingga retaknya sistem atribusi antar channel.
Dalam artikel ini, Anda bisa mencari tahu penyebab utama kebocoran anggaran FMCG dan membagikan strategi untuk mengubah budget marketing Anda menjadi investasi yang lebih efektif dan terukur.
67% Budget Hilang di Jalur yang Sama: Trade Promotion dan Retail Media
FMCG adalah industri dengan tekanan besar di level distribusi dan promosi. Namun menurut data dari CMO Survey 2025, dikutip dalam white paper Redcomm, 60–70% anggaran FMCG justru terserap di trade promotion.
Contohnya, membuat diskon besar-besaran, slot display premium di retailer, hingga program bundling di toko fisik, yang ternyata sulit diukur efektivitasnya.
Rata-rata ROI trade spend di FMCG hanya 0,87:1. Artinya, dari setiap Rp1 miliar yang dikeluarkan, hanya kembali Rp870 juta dalam bentuk penjualan yang terukur.
Selain itu, banyak brand FMCG mulai mengalihkan budget ke retail media, seperti Amazon, Alfagift, atau Tokopedia display ads. Namun sayangnya 68% di antaranya tidak bisa membedakan apakah peningkatan penjualan berasal dari media tersebut atau dari trafik organik.
5 Masalah Utama di Balik Pemborosan Budget FMCG
Kalau Anda merasa anggaran marketing FMCG terus membengkak tanpa hasil nyata, besar kemungkinan masalahnya bukan pada besarannya, tapi pada bagaimana dan di mana dana itu digunakan.
Berdasarkan temuan dalam white paper digital marketing agency Indonesia Redcomm, ada pola kesalahan berulang yang membuat anggaran tak menghasilkan return maksimal.
Berikut lima masalah utama yang sering luput dari perhatian brand FMCG.
1. Trade Promotion Tanpa Ukur ROI yang Jelas
Banyak program promo dibuat atas dasar tekanan dari distributor atau retailer, bukan strategi berbasis data. Akibatnya, brand kehilangan kendali terhadap pengembalian investasi.
2. Silo Data Antar Channel yang Terpisah
Ketika data dari retail, media digital, dan in-store tidak terintegrasi, Anda tidak bisa melihat perjalanan konsumen secara menyeluruh. Ini membuat atribusi keberhasilan jadi bias.
3. Fokus Berlebihan ke Aktivasi Jangka Pendek
Kampanye yang terlalu banyak mengejar penjualan instan justru memperlemah brand equity. Dalam banyak kasus, brand FMCG mengalokasikan 75% budget ke performance dan hanya 25% ke brand building.
4. MarTech Stack Tidak Dimaksimalkan
Lebih dari 50% tools marketing dan analitik yang dibeli oleh brand FMCG tidak digunakan secara optimal. Banyak dari mereka hanya dimanfaatkan untuk laporan, bukan pengambilan keputusan real-time.
5. Tidak Ada Model Atribusi yang Solid
Sebagian besar brand masih mengandalkan laporan dari channel terakhir (last click), padahal konsumen FMCG biasanya menyentuh 4–6 titik kontak sebelum akhirnya membeli.
Strategi Menghentikan Pemborosan Anggaran FMCG
Setelah mengetahui berbagai penyebab pemborosan anggaran, kini saatnya fokus ke solusi. Bagian ini akan membahas strategi konkret yang bisa Anda terapkan untuk memastikan setiap rupiah dari budget marketing benar-benar memberikan hasil.
Dengan pendekatan yang lebih terukur dan berbasis data, Anda bisa mengubah pengeluaran besar menjadi investasi yang berdampak langsung ke pertumbuhan brand.
1. Audit dan Optimasi Trade Spend Secara Berkala
Gunakan sistem analitik dan tools evaluasi promo seperti promo ROI dashboards. Hentikan promo yang hanya menguntungkan retailer tapi tidak berdampak pada consumer lift.
2. Bangun Sistem Atribusi Shopper yang Terintegrasi
Gunakan model atribusi multi-touch yang bisa melacak dari brand exposure (TV, digital) ke shelf hingga pembelian. Teknologi seperti omnichannel shopper tracking, digital shelf analytics, dan customer data platform (CDP) adalah investasi penting.
3. Rebalance Budget Brand vs Performance (60:40)
Brand yang terlalu performa-driven rawan kehilangan value jangka panjang. Mengalokasikan ulang 60% untuk membangun brand (konten, community, influencer) dan 40% untuk performa terbukti menjaga LTV dan loyalitas.
4. Evaluasi dan Latih Tim untuk Gunakan Martech Tools Secara Maksimal
Mulai dari penggunaan data CRM untuk retargeting, hingga prediksi demand lewat AI. Tools mahal tanpa skill = beban.
5. Kolaborasi dengan Retailer Secara Lebih Strategis
Alih-alih hanya membayar slot promo, ajak retailer untuk bekerja sama dalam pengumpulan dan analisis data shopper. Transparansi ini membantu dua pihak menciptakan promo yang benar-benar efektif.
Jika Anda sedang menyusun rencana anggaran untuk kuartal berikutnya, atau merasa efektivitas marketing stagnan meski sudah keluar biaya besar, saatnya berhenti dan tinjau kembali.
Gunakan temuan dan framework yang tersedia dalam white paper Redcomm FMCG Marketing: Spend or Waste? sebagai panduan menyelamatkan dan mengarahkan ulang anggaran marketing Anda.
Yuk, download white paper lengkapnya secara gratis di Peluang & Tantangan Bisnis FMCG di Indonesia Tahun 2025 dan Strategi Digitalisasi.
Di dalam white paper, Anda bisa mendapatkan berbagai pembahasan yang detail dan menarik seperti:
- Model trade spend optimization untuk FMCG.
- Tools untuk shopper attribution dan retail media tracking.
- Studi kasus brand FMCG yang berhasil naik ROI hingga 43%.
Atau kalau membutuhkan konsultasi dan diskusi lebih lanjut, Anda bisa menghubungi tim profesional dengan klik Kontak Redcomm.
Kesalahan strategi awal di industri FMCG akan berpengaruh besar terhadap performance marketing. Jaman digital saat ini harus benar benar direncanakan dengan matang jika ingin hasil ROI yang bagus.
BalasHapusAnggaran FMCG ini Memnag besar. jadi sayang sekali kalau sampai terbuang percuma Sampai 67% yang disebabkan salah strategi marketing ya. Salah satunya mencari keuntungan dalam jangka pendek dengan memberi diskon besar-besaran,besaran. Jadi harus di Rebalancing lagi nih.
BalasHapusBener nih kak, kadang kita nggak sadar kalau banyak anggaran kebuang percuma. Tapi setelah tahu penyebabnya dan dikasih strategi konkret seperti di artikel ini, jadi lebih optimis buat mengelola budget marketing dengan cara yang lebih tepat sasaran
BalasHapusDalam dunia bisnis, emang harus pinter 2 dalam mengatur pengeluaran anggaran untuk apa pun itu. Kita dituntut cerdas mengelola anggaran keluar, yg mana itu harus menjadi investasi dalam menunjang pertumbuhan brand kita.
BalasHapusKaget saat membaca judul artikel ini di mana 67% Anggaran FMCG Terbuang Sia-sia. Dalam dunia bisnis ini sebuah masalah besar yang harus segera di atasi. Memperbaiki proses perencanaan dan menganalisa dengan matang dari setiap proses dan melakukan evaluasi berkala.
BalasHapusKadang emang anggaran marketing FMCG bisa bengkak tapi ngga kelihatan hasil nyatanya. Salah satunya mungkin karena banyak promo atas tekanan distributor, ngga dari strategis berbasis data jadi brand kehilangan kendali atas pengembalian investasi. Mending kalau mau konsultasi penyusunan rencana anggaran untuk kuartal berikutnya langusng deh ke Redcomm yang punya tim professional.
BalasHapusAnggaran iklan emang biasanya besar, tp kalau salah strategi ya boncos jg. Sayang banget kalau udah keluar uang banyak tp roi kecil. Kalau itu terjadi terus-menerus pada brand, better cari digital marketing agency terpercaya kayak Redcommdeh buat ngatasinnya.
BalasHapuswah kalau udah ngomongin bisnis gede harus super duper teliti banget ya karena kalau salah langkah bisa rugi miliaran dan boncos, memang paling bener pakai jasa digital marketing biar aman
BalasHapusPerencanaan yang tepat untuk melakukan pemasadan digital agar tidak terbuang sia-sia angat penting ya, perlu dilakukan analisa menyeluruh jangan sampai lebih dari 50% budget sia-sia. Paling efektif memang memakai jasa digital agency seperti RedComm
BalasHapusJangan sampai terjebak dengan target jangka pendek dan melihat bagaimana alur pembelian pelanggan dari awal, ini yang kucatat jadi hal penting dari sini biar anggaran marketing FMCG gak terbuang sia-sia
BalasHapusSedih banget tahu fakta bahwa promosi terbuang sia2 di trade promotion. Angkanya bahkan >50% euy. Bukan angka yg kecil. Makanya harus mulai ubah strategi ya
BalasHapusAgak shock bacanya pas tahu sebanyak 67% anggaran marketing di industri FMCG diprediksi terbuang sia-sia karena dampaknya gak terukur? Emang penting banget sih punya strategi menghentikan pemborosan anggaran FMCG apalagi kalau salah satu penyebabnya adalah data gak sinkron
BalasHapus