Logo Komunitas BRT Network

Mengatasi Social Exhausted Bagi Ekstrovert

social exhausted ektrovert



Pernahkan anda merasa kelelahan setelah berinteraksi sosial padahal anda termasuk kaum ekstrovert? Jika anda merasakannya maka anda mengalami Social exhausted.
Ekstovert terkenal dengan karakternya yang senang berinteraksi dengan banyak orang dan mendapat energi dari interaksi sosial. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan jika ekstrovert juga mengalami social exhausted.
Sebagai ekstrovert, saya senang ketika mendapat kabar bahwa ajaran baru tahun ini sekolah anak akan masuk seperti biasa. Sebagai orangtua, akhirnya saya bisa bertemu dengan para Mom's baru dengan berbagai macam karakter dan latar belakang.
Tetapi, perasaan seperti ini tidak bertahan cukup lama. Sejak bulan Oktober saya merasa lelah. Bukan pada kegiatan antar-jemput melainkan bertemu para Mom's. Cukup aneh bukan? Ternyata setelah saya evaluasi, saya mengalami Social exhausted. Apa itu Social exhausted dan bagaimana cara saya mengatasinya?

Social Axhausted Adalah


Dihimpun dari berbagai sumber, social exhauted merupakan suatu kondisi psikologis dimana seseorang merasa lelah setelah berkomunikasi dan berinterkasi dengan orang lain dalam waktu cukup lama dan dilakukan secara terus-menerus yang meninggalkan rasa jenuh. Rasa jenuh yang dialami cukup menguras energi hingga berakhir kelelahan mental dan fisik yang cukup serius jika tidak segera diatasi.
Kaum introvert umumnya yang paling sering mengalami social exhausted, tapi tidak menutup kemungkinan kaum ekstrovert juga mengalami hal yang sama.

Gejala Social Exhausted


Terkadang kita tidak menyadari bahwa kita sedang mengalami social exhausted. Kita hanya merasa lelah tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Rasa lelah yang kita rasakan membuat kita enggan melakukan aktivitas dan menarik diri dari lingkungan. Yang anda alami bukanlah mood swing atau sedang tidak mood, melainkan gejala social exhausted. Yuk cek gejala social exhauted lainnya :
  • Merasa lelah tanpa sebab
  • Merasa sedih dan ingin menangis
  • Merasa lapar terus tapi tidak nafsu makan
  • Mengeluh sakit kepala dan tidur tidak nyenyak
  • Kualitas pekerjaan menurun
  • Mudah menyerah dan merasa stress
  • Menarik dari dari lingkungan sosial yang biasanya disukai
Apakah anda merasakan gejala - gejala diatas? Jika ya maka anda sedang mengalami social exhausted. Sayapun demikian padahal saya termasuk kaum ekstrovert.
Ketika saya mulai merasa bosan dan malas bertemu dengan Mom's di sekolah anak, pada saat yang bersamaan saya juga merasa stress tanpa sebab, merasa sedih, malas mengerjakan tugas domestik terlebih memasak dan mencuci. Bukan itu saja, saya juga kerap menolak ajakan para Mom's untuk nongkrong sambil menunggu anak pulang sekolah atau makan bersama (botram).
Perkara tidak makan bersama bukan hal yang penting, tetapi jika urusan domestik jadi terbengkalai maka ini bukanlah hal yang sepele. Terlebih ketika saya merasa stress sepanjang waktu dan berlangsung selama berhari-hari. Bukan hanya urusan domestik yang terbengkalai tetapi juga kualitas membersamai anak dan kualitas berkomunikasi dengan pasangan jadi terganggu.
Cukup bahaya bukan? Lantas apa yang saya lakukan untuk mengatasi social exhausted yang saya alami?

Solusi Mengatasi Social Exhausted Bagi Ekstrovert


Biasanya saya mendapatkan energi yang cukup jika bertemu dengan orang banyak. Seketika batre saya terisi penuh dan mood saya bagus. Tetapi terkadang saya juga merasa lelah jika terlalu sering dan lama berkomunikasi dengan banyak orang.
Terlebih saya bertemu dengan banyak orang dengan karakter dan latar belakang yang berbeda. Bukan itu saja, saya juga bertemu dengan orang dengan sudut pandang yang bertentangan dengan value yang saya miliki dan saya merasa toxic jika berkomunikasi dengan orang tersebut. Entah orang tersebut terlalu narsis yang selalu membicarakan dirinya sendiri atau terlalu sering mengajak Ghibah secara tidak sengaja.
Ini tidak aneh.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh psikolog University of Pennsylvania, Scott Barry Kaufman menemukan bahwa kaum ekstrovertpun bsa mengalami social exhausted.
Penelitian tersebut melibatkan  48 orang ekstrovert selama 12 hari dimana responden diminta untuk mengisi survei sebanyak lima kali setiap hari terkait kegiatan dan perasaan mereka selama 12 har bersama 48 orang responden lainnya.
Hasil penelitian Kaufman menemukan bahwa sresponden merasakan energi positif namun setelah tiga jam bersosialisasi, responden merasa kelelahan. Ternyata semua orang akan merasa lelah jika terlalu banyak melakukan interaksi sosial.
Hal yang fatal justru terjadi pada kaum ekstrovert dimana mereka tidak mengenali gejala social exhausted dan justru melakukan interaksi berlebihan. Bukan tanpa sebab, hal ini disebabkan adanya rasa takut yang dialami kaum ekstrovert akan kehilangan lingkaran pertemanan dan takut kehilangan moment serta merasa harus melakukan sesuatu karena merasa orang lain berharap demikian.
Itulah yang saya rasakan terlebih saya menjabat wakil ketua POMG di sekolah anak yang artinya, saya merasa harus selalu hadir dan bertemu dengan para Mom's setiap hari sambil menunggu anak pulang sekolah. Hal ini justru membuat saya lelah karena keharusan yang sebenarnya tidak wajib sehingga saya mengesampingkan tugas domestik dan saya lakukan setelah pulang sekolah anak.
Aktivitas yang seperti ini saya lakukan secara terus menerus selama dua bulan terakhir. Akhirnya saya merasa lelah sendiri karena menungggu anak pulang sekolah sambil berinteraksi saja sudah membuat saya lelah, lantas pulang sekolah anak saya segera melakukan tugas domestik seperti memasak, mencuci baju, menyetrika dan membersihkan rumah.
Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti.
Berhenti dari merasa memiliki keharusan utuk selalu hadir dan mengikuti kegiatan para Mom's yang sebetulnya tidak terlalu penting. Saya tidak menarik diri dari interaksi sosial tetapi membatasi diri. Saya mengingatkan diri sendiri bahwa saya punya Boundaries. Dan ini adalah value diri saya.
Jadi, setelah antar anak sekolah saya sempatkan bertemu Mom's dan bertegur sapa. Setelah 10 menit berlalu saya izin pamit pulang dengan alasan harus mengerjakan ini dan itu. Tiga jam kemudian setelah urusan domestik selesai saya kembali ke sekolah menjemput anak.
Awalnya memang agak cemas karena banyak kegiatan para Mom's yang saya lewatkan dan terkadang saya merasa menjadi outcast. Padahal tidak demikian. Para Mom's sebetulnya mengerti kesibukan Mom's lainnya dan tidak memaksa untuk ikut.
Setelah saya melakukan hal ini, perlahan saya merasa membaik dan tidak terlalu lelah. Tapi saya masih merasa stress. Karena rasa cemas yang saya rasakan terkait kualitas interaksi sosial dengan Mom's. Lalu saya kembali mengingatkan diri boundaries yang saya miliki. Saya terus mengingatkan diri terkait personal boundaries setiap saya merasa cemas.
Setia orang punya pertempuran sendiri. Termasuk diri sendiri. Ingat value! ingat!! jangan tergoda untuk kembali melakukan interaksi sosial lantas kamu merasa lelah stress setelahnya!!


quote ilustrasi social exhausted
Menggambar adalah me time terbaik-nya mamajokaa, membuat quote ala-ala seperti ini bisa menjadi self reminder ketika mengalami social exhausted dimasa yang akan datang

 

Sebagai penghiburan, saya melakukan Me time seperti menggambar dan hangout dengan teman dekat. Interaksi soail yang saya lakukan dengan teman dekat cukup membuat saya kembali bernergi dan merasa positif. Stress saya perlahan hilang dan saya merasa jauh lebih baik.
Saya juga melakukan roadtrip kuliner di lingkungan rumah saya. Sederhana saja, seperti membeli makanan favorit bersama suami dan anak-anak. Makan bakaso favorit, ngemil es krim bareng anak dan pesan martabak via gofood di malam hari.
Setelah saya merasa jauh lebih baik, saya kembali menulis jurnal harian dan menulis mind mapping apa yang ingin saya lakukan kedepannya serta menulis skala prioritas. Kegiatan ini lah yang paling membuat saya merasa tenang. Dengan berpegang teguh pada catatan skala prioritas, saya tidak lagi merasa punya kewajiban untuk selalu hadir dalam lingkaran pertemanan Mom's di sekolah dan melakukan interaksi sosial berlebih.
Jika saya merasa rindu, sesekali saya menyiapkan waktu untuk sengaja menunggu anak pulang sekolah dan berinteraksi dengan Mom's. Tetapi untuk itu maka saya harus menyelesaikan tugas domestik seluruhnya sebelum berangkan mengantar anak sekolah. Cukup lelah dan merasa diburu waktu, tetapi ini saya lakukan hanya setiap hari jum'at saja dimana waktu KBM anak disekolah hanya 1,5 jam saja. Maklum, hari jum'at memang kegiatann anak TK di sekolah memang tidak banyak.
Lantas kesimpulan apa yang bisa kita ambil dari solusi yang saya lakukan ketika mengalami social exhausted untuk kamu ekstrovert? berikut solusinya :

1. Membuat batasan diri ( setting our personal boundaries)
Personal boundaries adalah membuat batasan diri sendri terhadap orang lain atau lingkungan sekitar, demi menciptakan kenyamanan diri (sehatqu). Setiap orang memiliki tingkat kenyamanan yang berbeda ketika berhadapan dengan orang lain dan atau situasi tertentu. personal boundaries dibuat agar hidup terasa lebih nyaman. Personal Boundaries memungkinkan kita dapat menyampaikan kebutuhan dan keinginan kita sekaligus menghormati keinginan dan kebutuhan orang lain.
Misalnya, tidak lagi merasa bersalah atas apapun, tidak perduli terhadap pendapat orang lain yang dirasa toxic bagi diri, tidak lagi merasa gak enak, tidak lagi merasa harus melakukan segala sesuatu sendiri karena merasa bertanggung jawab atas apapun, membagi waktu seimbang antara diri sendiri, keluarga dan interaksi sosial. Contoh personal boundaries yang saya ceritakan diatas termasuk jenis personal boundaries emosi dan waktu. Kita dapat membuat personal boundaries lainnya terkait perihal intelektual/mental dan material.
Dengan menetapkan personal boundaries kita dapat mengatasi social exhausted dimana umumnya  ekstrovert memiliki keinginan untuk terus melakukan interaksi sosial dan terbuka terhadap hal apapun. Rasa lelah akibat interkasi sosial berlebih dapat diatasi dengan membuat batasan diri.
2. Me Time
Melakukan hobi atau kegiatan yang dsukai dapat membantu mengatasi social exhausted untuk  ekstrovert. Sediakan waktu khusus hanya untuk diri sendiri, misalnya untuk pergi ke salon, bioskop atau sekadar hangout sendirian di cafe atau jalan - jalan ke toko buku. Me time dapat menurunkan kadar stress akibat interaksi sosial berlebih. Chill time yang dirasakan saat me time terbukti ampun sebagai release energi berlebih dan rasa lelah akbiat social exhausted.
3. Melakukan interaksi sosial terbatas dengan teman dekat

Me Time bertemu teman dekat
Me Time bertemu teman dekat

Interaksi yang intim dengan teman dekat dapat membantu release stress akibat social exhausted. Komunikasi yang terjalin cukup deep dan memungkinkan kita untuk bisa bekeluh kesah dengan teman terpercaya.
4. Menulis jurnal harian
Mengurai apa yang sedang dirasakan dapat menjadi solusi terapi rasa lelah dan stress akibat social exhausted. Dengan menulis jurnal kita dapat melihat akar permasalahan dan mencaro solusinya.
Solusi yang cukup mudah dan sederhana untuk dilakukan tetapi dibutuhkan kesadaran diri bahwa kita sedang mengalami social exhausted.

Kesimpulan

Jika anda merasa lelah setelah berinteraksi sosial baik dalam lngkungan pekerjaan, pendidikan maupun interkasi sosial di sekolah anak seperti saya padahal anda merasa anda ekstrovert, maka jangan ragu untuk segera mencari tahu dan evaluasi diri. Karena bisa jadi anda mengalami social exhausted.
Segera kenali gejalanya dan anda bisa melakukan tips soulsi mengatasi social exhausted untuk mau ekstrovert seperti yang saya lakukan.


Referensi :
  • https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220915162728-277-848393/jangan-salah-si-ekstrovert-social-butterfly-juga-sering-lelah-gaul
  • https://akurat.co/kenali-tanda-dan-cara-mangatasi-social-fatigue-bagi-ekstrovert?page=3
  • https://www.sehatq.com/artikel/pentingnya-personal-boundaries-untuk-kesehatan-mental





3 komentar

  1. Kayaknya kaum selebritis sering nih kena social exhausted ya mba. Secara mereka tuntutan kerjanya begitu. Penting banget bagi kita membuat batasan diri dan tidak melupakan me time. Ini sangat membantu mengatasi masalah social exhausted.

    BalasHapus
  2. Aku kayaknya siiih introvert, engga terlalu suka ngumpul ketemu orang banyak. Paling sama temen-temen yang udah kenal aja. Zaman SD engga pernah ngumpul di sekolah bareng Ibu-ibu lain, kayak engga nyambung obrolannya...hihi...Ternyata orang extrovert bisa juga ya lelah ketemu orang...Makasih infonya...

    BalasHapus
  3. Saya ada kecenderungan lelah jika harus terus berinteraksi dengan banyak orang setiap hari, dan itu sebenarnya hanya untuk haha hihi. Tapi misal membatasi diri dengan satu dua kali enggak muncul, selalu ditanyai macam-macam. Kadang bingung harus bertindak bagaimana.

    BalasHapus